Saya masih ingat Sarinah Malang lantai atas yang penuh barang-barang lucu alias barang kerajinan aneka rupa. Tapi kesan Sarinah adalah eksklusif, mahal dan kurang terjangkau.
Tinggal dipoles saja tata letaknya, beri subsidi pengrajin UMKM agar harga dapat turun, ditambah barang-barang fungsional lainnya, tetapkan target market para ABG, lalu mulai rebranding tetap memakai nama Sarinah atau nama baru sebagai sub usaha.
Subsidi, perubahan tata letak, promosi yang gencar, dan pembukaan gerai yang masif  di tiap ibu kota provinsi - saya kira mampu membuat New Sarinah ini menyaingi berbagai brand luar yang sudah saya sebut di atas.Â
Jargon-jargon lama semisal cintai produk dalam negeri - juga harus secara masif digaungkan mungkin dengan cara yang lebih kasual karena targetnya anak muda. Pakai saja brand ambassador artis muda yang positif dan mempunyai banyak followers untuk mengawal brand baru.
Mengapa saya pilih Sarinah bukan asal bicara saja. Sarinah dalam website resminya sarinah.co.id memperkenalkan diri sebagai pusat perbelanjaan modern pertama di Indonesia yang beroperasi sejak Agustus 1966, menaungi usaha rakyat khususnya di bidang eceran atau ritel dan gaya hidup.Â
Ritel dan gaya hidup adalah dua kata kunci yang dapat menjadi dasar bahwa Sarinah bisa bersaing dengan toko ritel one stop shopping yang sedang digemari.
Kita pasti bisa bersaing dengan brand dari luar kalau kita mau, karena sebenarnya kita lebih dari mampu. Bahkan brand ini bakal  mempunyai nilai lebih yaitu sentuhan lokal.Â
Ciri khas Sarinah yang menjual produk-produk kerajinan tradisional tidak boleh hilang. Batik, sutera, tenun, jajanan lokal, dan aneka keragaman budaya harus menjadi benang merah yang mengikat brand baru ini. Dengan berbelanja di sini  anak-anak muda kita dapat menjadi keren dan up to date serta bangga menjadi Indonesia.
Dan yang lebih pasti lagi, orang tua tidak sayang-sayang lagi mengeluarkan isi dompet karena produk dalam negeri yang dibeli. Â Betul tidak?
Bahan bacaan: