Engkau mendobrak tradisi
Bukan hendak menyatakan kau lebih unggul
Namun hanya ingin mengikuti naluri
Bahwa engkau bisa melakukan yang terbaik
Engkau wanita biasa
Namun tak rela memiliki jiwa yang terkekang kebebasannya
Engkau ingin mencoba
Dan engkau membuktikan bahwa engkau bisa
Lalu tatkala kebahagiaan telah  ada di depan mata
Harus hancur karena jiwa-jiwa yang tamak
Lelaki yang diharapkan sepenuh jiwa
Tunduk pada kekuasaan dan  ragu meraih tangan yang kau ulurkan
Sakit dan tangismu seolah tanggul yang roboh
Akibat derita yang kautanggung selama dua tahun
Menguatkan diri hanya karena yakin akan bertemu
Namun kenyataan yang lebih pedih dari sembilu
Menyayat hati yang merindukan harapan
Luluh lantak raga seolah tak mau lagi bersama nyawa
Tertatih berdiri pada senyuman yang masih setia menanti
Cintamu boleh mati
Namun cinta yang kaupupuk sejak belia, belum waktunya binasa
Gadis kretek mengisap kretek
Menyecap rasa memenuhi relung jiwa
Bukan sekadar asap yang diembuskan pelan-pelan
Namun juga kenangan
Pahit manis, semua rasa di dalam dada
Jemari yang melinting kretek itu
Jemari yang menulis pesan-pesan itu
Jemari yang tak henti menyentuh mulut, mengisap dan mengembuskan
Hidup dan matimu untuk cintamu
Untuk kretek, dan untuk semua kenangannya yang menggores luka
Sampai maut membuat matamu pejam
Engkau tahu Engkau akan selalu dikenang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H