Kedalaman suatu titik di dasar laut kemudian  ditentukan dengan waktu tempuh gelombang tersebut. Karena kecepatan gelombang sudah diketahui dan merupakan ketetapan, maka kedalaman dasar laut adalah kecepatan gelombang dikalikan waktu tempuh dibagi dua. Mengapa dibagi dua? Karena gelombang tersebut menempuh jarak bolak-balik alias dua kali (halaman 90).
Kalau masih tidak paham, pak Andi menjelaskan dengan analog yang lebih sederhana lagi di dalam buku, seolah-olah sedang menjelaskan prinsip yang rumit kepada orang tuanya dengan contoh-contoh yang dekat dan mudah dipahami. Kalau orang tua pak Andi saja bisa paham, pasti kita juga paham.
Hal-hal kocak juga mewarnai buku ini. Bagaimana pak Andi yang nama panjangnya adalah I Made Andi Arsana - khas nama orang Bali - selalu mengalami kesulitan dan harus menjelaskan soal namanya kepada orang-orang khususnya orang Barat.Â
Orang asing yang berbahasa Inggris akan menyebut nama pak Andi dengan ejaan I meid Andi Arsana atau jika diartikan itu adalah bentuk past tense dari kalimat Aku membuat Andi Arsana.Â
Tentu sangat aneh dan karena itu pak Andi harus menjelaskan berulang-ulang tentang filosofis nama orang Bali.
Selain hal-hal kocak, ilmiah, ada pula bagian-bagian menegangkan ketika malam-malam seluruh penumpang di kapal Sonne harus berlari ke safety boat karena alarm tanda bahaya berbunyi.
Ada pula bagian yang mengharukan  saat pak Andi mengingat masa lalu saat ia minta izin ayahnya keluar dari pekerjaan di Astra untuk menjadi dosen di almamater tercinta.
Berapa gajinya? Tanya sang ayah. Gaji dosen hanya seperlima gaji di Astra. Terasa tak masuk akal dan sebuah pilihan yang gila, mungkin begitu bagi orang kebanyakan. Tapi panggilan hati tidak bisa diabaikan.
Akhirnya sang ayah yang sempat bingung, mendukung sang anak dengan kata-kata yang sangat menyentuh.
Jika kelak di kemudian hari terbukti bahwa pilihanmu baik, bapak akan merasa bangga dan senang. Namun jika ternyata pilihanmu terbukti tidak tepat, bapak adalah orang pertama yang akan turut mengakui sebagai pilihanku juga. Kamu tidak sendiri memutuskan ini. Ini adalah pilihanmu yang akan Bapak akui juga (halaman 126).
Percakapan itu hanya melalui telepon, tapi efeknya sanggup membuat haru sang penulis. Demikian juga saya sebagai pembaca, sukses termehek-mehek.Â