Hari ini hening sepi seolah pagi tengah tertidur dengan nyenyak
Tiada suara ketika embun yang basah perlahan menguap meninggalkan jejak di daun-daun yang bergoyang
Sinar mentari yang hangat menyeruak masuk ke lantai hutan, melalui ranting-ranting yang mulai berderik pelan
Kemana suara burung dan jangkrik dan hewan-hewan kecil yang biasanya sudah bangun di jelang siang?
Pagi seolah mati ketika seorang gadis mengeluarkan butiran berlian basah dari kedua matanya
Menetes-netes sang berlian meninggalkan jejak di jalan setapak yang ia lalui sambil berlari
Menerobos semak dan perdu yang penuh duri menggores kulit seputih susu
Sepatah apa hati yang suci hingga memuntahkan berlian murni?
Sang gadis berhenti di tepi sungai dengan air yang berkilat-kilat diterjang sinar mentari yang memanas
Jemari lentik meraih beningnya air yang dingin yang ia reguk untuk sedikit memuaskan dahaga
Habis sudah kesedihan, habis sudah tetes-tetes berlian, tinggal diri yang menangis pilu tanpa suara tanpa air mata
Pagi jelang siang masih tak bersuara, seolah memelihara solidaritas kesedihan pada sang gadis tak bernama
Pagi jelang siang terpecah oleh suara deburan air yang kerasÂ
Atas kuasa Tuhan air sungai menghentikan alirannya
Mencegah sesosok jasad terbawa ke lautan lepas
Menunggu seseorang datang menyelamatkan jiwa yang terbuang
Makassar, akhir Agustus 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H