Suatu kali mama sedang repot memasak karena hendak menjamu ibu-ibu yang akan datang untuk arisan di rumah. Manis pun sedari pagi sudah heboh memilih baju karena dia mau hang-out dengan kawan-kawannya. Ia minta izin keluar rumah ketika mama baru saja memulai akan memasak.Â
Aku seperti biasa ada di sudut dapur dengan antrean pekerjaan yang harus kulakukan untuk membantu mama. Mengupas bawang merah, bawang putih, lalu mengiris semuanya tipis-tipis. Mengupas dan memotong wortel, kentang, dan buncis.
"Kenapa kamu sering sekali bermain dengan teman-temanmu, Manis? Ajak mereka ke rumah, nanti mama masakkan pizza dan spagety. Jangan selalu main di luar," ucap mama walau tetap memberi izin, sekaligus memberi Manis uang saku.
"Iya, nanti aku bilang teman-temanku supaya ke sini. Pizza, spagety, dan es krim, boleh?" tanya Manis dengan tawa riangnya.
Mama hanya geleng-geleng kepala. Manis segera kabur sebelum mama berubah pikiran. Sementara aku menyerahkan hasil pekerjaanku pada Mama.Â
"Oke. Sekarang tolong kamu siapkan piring, sendok, garpu dari lemari ya, ambil sejumlah 30 nanti kamu lap dulu yang bersih."
"Tidak usah dicuci, Ma? Piringnya kan sudah lama di lemari, berdebu."
"Ooh, iya, boleh kalau begitu. Lincah yang cuci sekaligus mengeringkan, ya?"
Aku mengangguk dan langsung bekerja. Sampai acara berlangsung, aku membantu mama meladeni ibu-ibu arisan. Seperti biasa, mereka menanyakan si lincah, Manis, tapi mereka ternyata cukup puas ngobrol denganku.
"Mbak Lincah rajin sekali bantu mama, ya?" sapa bu RT waktu aku membantu mengambilkan stok sup lagi untuk dihidangkan di meja makan. Aku hanya tersenyum malu-malu.
"Iyaa, mungkin saya masak nggak akan tepat waktu selesai kalau nggak ada Lincah," sahut mamaku tersenyum bangga. Wah, aku agak trenyuh juga melihat mama menatapku dengan bangga.