Dear kota yang selalu kurindu,
Kini aku sudah dewasa, punya suami dan punya anak tiga. Aku menghabiskan waktuku menjadi istri, ibu, dan juga wanita pekerja. Aku memiliki kota yang baru yang juga kusayang karena ia memberikanku penghidupan. Di Makassar aku merajut impian untuk anak-anakku dan untuk keluarga kecilku.Â
Kamu masih menjadi kota tempatku pulang dan tempat anak-anak bertemu oma dan opa mereka, seperti dulu aku selalu pergi ke rumah Mbah Putri dan Mbah Kakung di Malang. Seolah tradisi menjadi kisah sejarah dan kenangan yang berulang dan diwariskan.Â
Makassar kelak mungkin juga akan menjadi kampung halaman, tempat anak-anakku yang sudah dewasa, pulang menemuiku dan suamiku.
Dan kelak aku yang semakin menua, mungkin tak bisa lagi menggerakkan kaki untuk lari kepadamu. Bukan berarti aku tak lagi sayang, namun itulah sebuah keniscayaan.Â
Dear kota yang kubanggakan,
Pesanku padamu, teruslah menjadi kota yang menyenangkan. Ramah terhadap semua pengunjung yang datang. Nyaman untuk ditempati warga asli para arema dan aremanita sejati.Â
Jangan banjir, ya, sayang. Jangan juga panas membakar. Teruslah maju sebagai Malang kota wisata, Malang kota bunga, dan Malang kota pendidikan.
Semoga mereka yang bilang sayang, akan benar-benar sayang. Menjagamu tetap adem, ayem, anyes. Awet cantik dan memikat. Salam, doa, dan cintaku dari jauh, selalu. Aamiin.**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H