Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Semua Orang Meminta Maaf Dalam WAG, Sudah Cukupkah?

29 April 2023   14:44 Diperbarui: 29 April 2023   14:57 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ucapan selamat idul fitri dan mohon maaf lahir batin (Desain by Canva/Indah)

Seperti tahun-tahun sebelumnya sejak muncul fasilitas Whats App (WA), menjelang Idul Fitri - saat Idul Fitri - dan beberapa hari setelahnya, Whats App Group (WAG) ramai dengan ucapan selamat Idul Fitri dan permohonan maaf lahir batin. Semua mengirimkan ucapan yang isinya nyaris seragam, dan nyaris tak ada yang membalas ucapan tersebut dengan menulis: Terima kasih atas ucapannya, saya juga mohon maaf lahir batin ya ... bla bla bla.

Contohnya di WAG kantor saya, sebuah ucapan selamat lebaran muncul dari seorang rekan kantor, di bawahnya menyusul ucapan yang sama dari teman kantor lainnya, demikian berturut-turut. Semua meminta maaf, tapi tidak tahu apakah dimaafkan atau tidak, dan mungkin tidak peduli.

Mengirimkan ucapan selamat lebaran dan mohon maaf lahir batin seolah sebuah mekanisme robot. Rutinitas tanpa nyawa. Tinggal kopas lalu kirim ke beberapa WAG dan selesai. Masih bagus kalau dilanjutkan dengan mengirim via japri ke beberapa orang yang dihormati, yang tentunya akan dijawab juga secara personal.

Lalu, apa salah mengirim ucapan selamat lebaran dan permohonan maaf lewat WAG? Bukankah semua orang melakukannya dan tidak mempermasalahkannya? Ya, tentu saja tidak salah. Dunia memang sudah menuju pada era kepraktisan. Kalau bisa ucapan sapu jagad yang ditujukan pada semua orang dikirim satu kali sudah beres.

Seperti misalnya ucapan yang ditulis dalam status medsos, atau status WA, mungkin malah lebih bagus lagi. Satu kali bikin dan kita bisa melihat berapa orang yang merespons.

Jika saya melompat pada beberapa dekade sebelumnya, tatkala era digital belum menjerat kita semua, mengucapkan selamat lebaran dan meminta maaf hanya dilakukan secara langsung. Bertemu muka, berjabat tangan.

Pada orang-orang tertentu, baik yang dekat (dalam satu kota) atau jauh, kita akan rela berlelah-lelah berburu kartu lebaran lalu mengirimkannya melalui pos. Makna personalnya dapet, karena kartu itu dikirim khusus untuk satu orang. 

Bahkan banyak juga yang rela berlelah-lelah membuat kartu lebaran sendiri, menulisi dengan ucapan selamat dan maaf yang puitis. Ada kesungguhan yang tulus dalam melakukan semua itu, yang membuat makna Idul Fitri semakin fitri.

Apakah saya membuat ucapan yang saya share ke WAG? Tahun ini tidak. Kalau di WAG kantor, itu sudah diwakili suami saya (kami bekerja di kantor yang sama). Masa iya kami harus kirim ucapan sendiri-sendiri.

Di WAG lainnya juga tidak. Saya hanya berusaha membalas ucapan yang ada, baik di WAG maupun japri. Apakah saya sombong sehingga tidak mau mengirim ucapan? Berasa nggak punya dosa pada siapapun, gitu? Saya pikir tidak sombong ya, buktinya saya membalas semua ucapan yang masuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun