Ramadan tahun ini serasa ada yang berbeda. Setelah berpikir lama, ternyata yang beda adalah saya sama sekali tidak pernah ikut buka bersama di luar rumah.
Padahal pada awal Ramadan setiap tahunnya pasti kakak ipar mengadakan acara bukber. Tahun ini juga, namun qodarullah pas suami sedang tidak fit, jadi kami tidak menghadiri undangan karena rumahnya cukup jauh dari tempat tinggal kami.
Setelah itu beberapa kali suami dapat undangan bukber baik dari klub tenis nya maupun teman kuliah. Sulung saya juga beberapa kali bukber bareng teman-temannya. Tak ketinggalan si tengah yang baru kelas 2 SMP dan si bungsu yang kelas 6 SD, ikut bukber di sekolah mereka.Â
Saya hanya jadi penjaga rumah yang setia. Ya nggak papa juga sih, sebenarnya saya sendiri tipe orang rumahan yang lebih suka makan di rumah apalagi pas puasa begini karena bawaannya sering lemes.
Buka bersama dengan teman-teman atau kerabat itu bagus juga, sekalian silaturahmi di bulan mulia. Namun tentu saja berbuka bersama dengan keluarga inti adalah yang paling utama. Makan sama-sama mengelilingi satu meja, berbincang mengenai satu dan lain hal, bercanda antar saudara, yang semuanya itu akan menguatkan bonding keluarga inti.
Kalau dipikir-pikir, bukber dengan keluarga di rumah juga jatuhnya lebih hemat karena nggak perlu keluar transportasi, nggak perlu menyisihkan waktu untuk dandan dan nanti bingung nyari tempat salat maghrib yang mungkin kurang nyaman tempat wudunya. Belum lagi soal hidangan bukber, kalau di rumah ya cukup hidangan rumahan ala kadarnya, walau sesekali bolehlah yang agak istimewa biar anak-anak makannya semangat.
Beberapa menu bukber hasil olahan saya yang membuat anak-anak semangat makan adalah macaroni schootel dan spagety brulee. Kedua hidangan tersebut saya olah dengan tambahan kornet dan keju parut yang banyak.Â
Alhasil anak-anak senang dan kenyang serta nggak minta nasi lagi. Baru makan nasi saat sahur. Nggak papa sih, karena macaroni dan spagety kan sudah mengandung karbohidrat dan dapat menjadi pengganti nasi.
Saya tidak membagi resep, karena resep kedua hidangan tersebut sudah banyak bertebaran di dunia maya. Saya sendiri tidak memakai resep khusus, ya cuma lihat-lihat di cookpad atau website kuliner lainnya. Ambil resep yang paling mudah, lalu praktikkan. So simple.
Sekali saya pernah juga masak kepiting karena penjual ikan bawa. Memang kepiting sumber kolesterol dan kami (saya dan suami) sudah lama menjauhi nya. Tapi pikir-pikir sulung saya yang tinggal di pondok mungkin akan suka.