Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nostalgia Ramadan Masa Kecil, Niat yang Diucapkan dan Dilagukan

2 April 2023   07:42 Diperbarui: 2 April 2023   07:57 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nostalgia Ramadan Masa Kecil (Sumber: Pexels/Ron Lach)

Berbicara tentang nostalgia Ramadan saat masih kecil, tentu ada banyak kenangan. Kenangan saat masih latihan puasa, memaksa diri untuk bangun sahur, menahan lapar seharian, menyerbu hidangan berbuka, dan masih banyak lagi. Kali ini saya akan berbagi kenangan saya saat sahur.

Saat masih kecil dan tinggal di Kota Semarang adalah pertama kali saya belajar puasa. Waktu itu saya kelas 3 SD, Mama mulai membangunkan saya untuk sahur. Seingat saya, saya cukup susah dibangunkan, maklum masih kecil. Kadang saya duduk di meja makan dengan mata masih tertutup, walaupun sudah menyapu dan membersihkan muka dengan air dingin. 

Kami sama-sama sahur mengelilingi meja makan yang luas. Anggota keluarga waktu itu cukup banyak. Selain kedua orang tua saya, lima orang anaknya, ditambah adik nenek saya yang ikut tinggal bersama kami sejak kami pindah ke Kota Semarang. Rame pokoknya. Tapi saya tidak merekam keseruan yang terjadi di meja makan. Soalnya mungkin saya keseringan makan sambil mengantuk. Atau jangan-jangan kakak-kakak saya juga makan sambil merem.

Orang yang pertama kali mengajari saya niat berpuasa adalah papa saya. Waktu itu sambil makan sahur, papa saya mengajari bacaannya.

"Nawaitu shauma ghadin 'an ad'i fardhi syahri Ramadhni hdzihis sanati lillhi ta'la." ("Aku berniat puasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah ta'ala.")

Ini bacaan niat puasa Ramadan yang saya ambil dari laman internet. Kalau yang diajari oleh papa saya, dia menambahkan kata 'fardhu' lagi sebelum 'lillahi ta'ala' tepatnya diucapkan 'fardhal'. 

Agar mudah diingat, papa saya membacakan niat tersebut dengan melagukannya. Dan memang efeknya saya cepat sekali menghafal doa niat berpuasa tersebut dan senang 'menyanyikannya' walau tidak sedang sahur.

Papa saya juga mengajarkan membaca niat dalam bahasa Jawa dan melagukannya juga. Niat pakai bahasa Jawa, boleh, kata papa saya waktu itu. Versi niat puasa bahasa Jawa seperti ini:

"Niat ingsun nglakoni pasa, nutuka sedina menesuk. Anekane ulan Ramadan, fardhalillahi ta'ala."

Pagi tadi saat menyiapkan hidangan sahur, sambil memikirkan artikel samber seperti apa yang akan saya tulis, saya teringat doa niat puasa tersebut dan mencuci piring sambil menyanyikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun