Hujan yang turun hari ini, datang membawa pesan. Hadirnya menyejukkan jiwa, basahnya mendinginkan luka.
Hujan yang turun hari ini, bukan tanpa makna. Ia melunakkan tanah cadas agar lembut, menyejukkan hari yang gersang agar teduh. Hingga lembut dan teduhmu bumi, siap menampung jasad suci dan merangkulnya erat penuh sayang.
Hujan yang turun hari ini, datang menjemput salah satu malaikat di bumi. Di situ bukan tempatmu, Sayang. Engkau lebih patut untuk mendiami tempat yang lebih mulia. Tempat yang lebih indah, di mana senyummu akan terus berkembang, tanpa rasa sakit yang perih.
Hujan yang turun hari ini, turut membasahi hati sebuah keluarga, yang harus mengantar pergi buah hati mereka kembali ke pangkuan Penciptanya.
Hujan yang turun hari ini, menyamarkan deras air mata bunda yang kehilangan gadis tersayangnya. Yang masih ingin dipeluk-peluknya, masih ingin diajaknya bercanda, jalan-jalan dan makan sama-sama, menorehkan cerita untuk dikenang bersama.
Tapi ternyata sudah cukup. Sudah cukup kenangan, tak bisa lagi ditambah. Jika harus ditambah, bunda tak akan kuat menampung bah air mata yang akan keluar lebih banyak lagi karena kenangan yang terlalu indah.
Gadis itu sudah tenang, Bunda. Ia berlari lebih lincah, ia menari lebih riang, ia bahkan terbang sambil tertawa lepas. Tidak ada lagi beban. Tidak ada lagi sakit.
Senyumlah, Bunda. Walau pipimu masih basah oleh air mata. Gadismu sudah bahagia. Menanti dengan tenang di Surga.**
Makassar, 12 Februari 2023, buat ponakanku tersayang, Indri, yang pergi hari ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H