Faiza masuk ke dalam kamarnya, lalu duduk di tepi ranjang. Kepalanya tertunduk menekuri pangkuan. Sesekali ia mendongak memandang tepat pada isi lemari yang pintunya terbuka. Faiza menimbang-nimbang, lalu pandangannya beralih pada sekotak koper di atas lemari.
Faiza beranjak dari duduknya dan mendekati lemari pakaiannya. Ia jinjit dan tangannya berusaha meraih koper di atas lemari. Hupz! Ia berhasil mengambil koper.
Faiza memeriksa bagian atas koper dan melihat selapis debu tipis. Ia meletakkan kembali koper tersebut dan keluar dari kamarnya mengambil kemoceng. Ia membersihkan seluruh permukaan koper, lalu meletakkan koper tersebut di atas ranjang, dan membukanya perlahan.
Koper itu adalah koper kabin dengan kapasitas tampung tujuh kilogram. Faiza biasa membawa baju dan perlengkapan untuk tiga sampai empat hari dengan koper tersebut.Â
Sambil mengangguk-angguk pelan seolah sedang menyetujui sebuah rencana yang berpilin di kepalanya, Faiza mulai memilih baju dan perlengkapan hariannya untuk dimasukkan di dalam koper tersebut. Ia juga mengambil sebuah dompet kecil dari laci lemari.Â
Dibukanya dompet yang menggembung dan dilihatnya sekilas koleksi perhiasannya sejak masa gadis. Jika dirupiahkan, jumlahnya cukup untuk bertahan beberapa bulan dengan pengeluaran minimal dan untuk bayar kos sederhana.Tentunya dalam beberapa bulan ia akan memperoleh pekerjaan yang bisa ia andalkan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Faiza mengangguk puas dengan isi koper kecilnya sebelum menutup rapat-rapat koper tersebut.
Suara derum mobil suaminya membuat Faiza buru-buru mengangkat koper yang sekarang cukup berat. Faiza menarik kursi di dalam kamar untuk membantunya naik lebih tinggi sehingga bisa meletakkan kembali koper di tempatnya semula. Dengan tergesa ia menggeser kursi agar kembali ke posisi awal, dan menutup pintu lemari rapat-rapat. Sekilas ia merapikan rambutnya di cermin dinding dan bergegas keluar kamar menyambut suaminya yang baru saja datang.
Menyongsong suaminya yang baru tiba bagi Faiza adalah menyongsong kengerian yang sudah menjadi makanan sehari-hari sejak mereka menikah.Â
Koper di atas lemari menjadi saksi perbuatan keji yang dilakukan suami kepada seorang istri dan beberapa hari kemudian, koper itu akan kembali diambil dari atas lemari untuk dikeluarkan isinya, kembali ke tempat asalnya, satu demi satu.