Pinisi, kata yang pendek dan singkat namun mengandung arti kerja keras, kemauan baja, dan pantang menyerah. Pinisi adalah perahu layar tradisional buatan suku Bugis Makassar, Sulawesi Selatan. Pusat pembuatan pinisi adalah di Kabupaten Bulukumba, tepatnya di Desa Tanaberu. Oleh sebab itu Bulukumba terkenal dengan sebutan Butta Panritalopi yang artinya tempat bermukimnya ahli pembuat perahu.
Sebagai salah satu kekayaan budaya Kabupaten Bulukumba, pinisi diabadikan dalam logo Kabupaten Bulukumba. Gambar pinisi di tengah-tengah logo dengan layar berjumlah 7 (tujuh) buah melambangkan jumlah kecamatan yang ada di Kabupaten Bulukumba saat logo tersebut dibuat. Saat ini kecamatan di Kabupaten Bulukumba telah bertambah menjadi 10 kecamatan.
Selain diabadikan menjadi logo kabupaten, pinisi banyak menghias fasilitas publik di Kabupaten Bulukumba. Salah satunya di bundaran yang terletak bersisian dengan kantor bupati Bulukumba. Bundaran yang terkenal dengan nama Bundaran Pinisi ini merupakan landmark Kabupaten Bulukumba dan sudah beberapa kali mengalami renovasi.
Selain di bundaran, ada beberapa tempat yang sempat saya abadikan memasang pinisi sebagai lambang kebanggaan, antara lain di Hotel Arini 2 tempat saya menginap saat melaksanakan perjalanan dinas ke Bulukumba, juga di sebuah kantor desa yang sempat saya kunjungi. Berikut beberapa gambar yang sempat terabadikan.
Hotel Arini 2 terletak di tengah kota dan letaknya strategis karena dekat dengan tempat makan, dan pas di seberang hotel terdapat Alfamart, tempat membeli berbagai kebutuhan sehari-hari. Kami (saya dan tim) sempat membeli camilan untuk teman berdiskusi di lobi hotel. Di lobi hotel tersebut saya melihat ada miniatur pinisi yang cantik, sehingga kemudian sengaja saya foto untuk kebutuhan konten di Kompasiana.