Obrolan pagi-pagi dengan seorang kawan, membuat saya menulis artikel ini. Dia ingin tahu bagaimana awalnya saya nulis di majalah Anita. Hmm, padahal majalahnya sudah lama collaps, ya? Kok, saya omongin terus, ntar saya dibilang gagal move on, gimana...?
Tapi yah, demi memenuhi request seorang penggemar (uhuks) tentang kisah jatuh bangunnya saya dulu -- padahal nggak jatuh bangun banget sih, wkwkw, nyombong -- baiklah akan saya tulis seingat saya, ya? Soalnya kan, sudah lama banget.
Demi menulis artikel ini saya bongkar diary lama saya yang ngumpet di pojokan lemari.
Sudah saya tulis beberapa kali bahwa kegemaran menulis saya berawal dari kegemaran membaca.Â
Menginjak usia remaja, saya mulai membaca majalah remaja yang umumnya memiliki rubrik cerpen di dalamnya. Zaman saya dulu sebut saja ada majalah Gadis, Aneka Yess, Aneka Ria, Mode, Anita Cemerlang, Karina, Gaul, Kawanku, Hai, dll.
Dari puluhan majalah remaja yang ada, saya cenderung suka majalah yang cerpennya banyak. Majalah yang cerpennya banyak waktu itu, ya Anita Cemerlang.
Usai membaca cerpen-cerpen remaja di majalah, saya biasanya terbayang-bayang saking indahnya cerita yang dikisahkan. Hal ini pernah saya tulis di diary:
Minggu, 3 Februari 1991