Welcome, November! Selamat ulang tahun buat diriku. Semoga sehat selalu, bahagia dan sukses di dunia dan akhirat dan Kompasiana, aamiin.
Hari ini saya teringat saat-saat merayakan ulang tahun di masa remaja hingga masa dewasa muda. Mengapa saya tiba-tiba teringat, dikarenakan ucapan dari teman yang menyebutkan angka keramat, usia saya hari ini, di rangkaian kalimat ucapan selamat ultah yang ia kirim melalui pesan whatsapp.
Sambil memandangi angka yang menunjukkan kedewasaan pemiliknya (nggak usah bilang tua, yes), saya termenung-menung menyadari bahwa jiwa saya tidak jauh berbeda dengan puluhan tahun lalu. Saya masih merasa muda dan heran bahwa ternyata bilangan tahun yang sudah saya lalui di dunia ini sudah cukup lama. Karena itulah ingatan terlempar saat fisik saya masih ayu kinyis kinyis selaras dengan jiwa yang masih belia. Ahai.
Ulang tahun saya pernah dua kali dirayakan. Dalam arti dirayakan yang mengundang teman-teman, yaitu pada saat saya umur 9 tahun dan saat usia 17. Saat umur 9 tahun waktu itu saya dan keluarga tinggal di pulau garam, Madura, tepatnya di Kota Sumenep.
Saat umur 9 dan menduduki bangku kelas 4 itu, banyak sekali teman yang ultahnya dirayakan. Jadi mungkin saya merengek mau ikut trend sehingga mama saya meluluskan permintaan saya dan menyelenggarakan pesta sederhana di rumah.
Saat perayaan ultah ke-17 pun demikian. Rasanya saya cuma ikut-ikutan arus. Waktu itu saya sudah tinggal di Malang dan sekolah di salah satu SMA terbaik. Banyak teman yang ultahnya dirayakan. Saya mau juga apalagi 4 tahun sebelumnya ultah kakak juga dirayakan. Akhirnya ultah saya dirayakan dengan mengundang teman-teman sekelas.
Selebihnya, jika saya ulang tahun, di keluarga hanya akan merayakannya dengan makan di luar atau kalau mama saya sedang rajin, beliau akan memasak nasi kuning komplit atau hidangan enak lainnya. Di luar rumah? Pastilah harus nraktir sahabat-sahabat saya.
Kalau pas SMA sahabat atau geng saya berenam, nraktirnya sederhana saja ke sebuah rumah makan food court di Gadjah Mada Plaza Malang. Harga makanan di sana cukup murmer dan makanan yang biasa saya pesan adalah lontong cap gomek, yummy!
Duduk di bangku kuliah, di masa-masa awal perkuliahan geng saya juga enam orang. Sedangkan waktu akhir perkuliahan ganti personel menjadi 4 orang. Oh ya, waktu kuliah ini sekali pernah mama saya masak sederhana dan saya mengundang beberapa teman mungkin sekitar dua puluhan untuk makan di rumah, saat saya ultah.
Nah kalau traktir2an dengan geng kuliah ini agak naik derajat, sudah nggak ke Gadjah Mada Plaza lagi tapi kadang KFC atau McD. Tak jarang ke ayam goreng gama - kalau nggak salah itu namanya - di daerah Pulosari yang sudah terkenal enak, murah, jujugan para mahasiswa kalau mau makan bareng2.