Apakah engkau lupa? Dulu akulah putri, kau pelindungku yang utama.Â
Tak akan kaubiarkan kulitku lecet barang sesenti karena sibuk sana sini.Â
Tak akan kaubiarkan air mataku mengalir karena kesedihan. Kau selalu siap sedia membuatku tersenyum dan tertawa.
Aku bak kristal yang kaujaga agar tak retak, lalu pecah berkeping-keping.
Kaubiarkan aku terlena dan memelihara rasa percaya dengan teguh di hati.
Kauberikan bahagia yang kupikir itu untuk selamanya.
Lalu waktu mengubahmu, atau waktu membuatmu jenuh terlalu lama memakai topeng pangeran menutupi aslimu.
Mulanya aku bertahan walau darah dan airmata tlah kutumpahkan. Namun kini terlalu sakit bagiku saat menyadari bahwa kau memulai semuanya tanpa berniat untuk selamanya.
Maka biarkan aku mengakhiri semua sampai di sini saja.
Akulah kristal yang pecah berkeping-keping. Biar waktu yang akan membantuku mengoles luka satu demi satu.Â