"Assalamualaikum bunda ..."
Sebuah sapaan mampir dari sebuah nomor whatsapp. Nomor teman yang bisa dibilang sahabatku.
Dulu kami pernah serumah waktu dia masih tinggal di Makassar. Teman serumah dan sekantor juga dan satu angkatan masuk kerja. Teman dari lajang-lah.
Kutunggu ia mengetik lagi di bawah sapaannya yang tak biasa.
Rupanya beneran sahabatku yang chat, karena berikutnya dia bahas tentang paket buku yang ia beli dari aku.
"Waalaikumsalam wr wb. Kirain wa mu dihack, tumben nyebut bunda," balasku.
Sumpah, berasa aneh dia manggil bunda. Padahal aku biasa dipanggil bund juga sama guru-guru anakku di SD.
Tapi kalau panggilan itu dari sahabatku yang ini, terasa beda. Janggal.
Sahabatku ngakak waktu aku bilang merasa aneh. Kan sudah biasa dipanggil 'bund', ucapnya tatkala aku mengakui sebagai wali murid sering dipanggil bund.
"Hihihi, kan beda, Say," ucapku. "Aku kalau ngomong sama kamu berasa masih lajang 25 tahun!"
Yaaa...itulah sebabnya aku merasa aneh dengan sebutan bund dari sahabatku. Kami bersama2 sejak usia dua puluhan awal. Walau usia tersebut bukanlah usia remaja yang penuh keusilan dan kekonyolan, kenyataannya aku dan sahabatku itu punya daftar kekonyolan yang kami lakukan bersama, dulu.