[caption caption="Brush With Danger mulai tayang 26 November 2015 di bioskop kesayangan kita semua"][/caption]Senang sekali aku dan teman-teman yang tergabung dalam komunitas Kompasianers Only Movie Enthu(s)iast Klub (KOMIK) dapat menyaksikan pemutaran film Brush With Danger pada tanggal 21 November 2015 di XXI Epicentrum Walk Kuningan Jakarta Selatan.
Brush With Danger merupakan film karya anak bangsa Indonesia yang masuk nominasi Oscar kategori Best Picture di Hollywood Amerika Serikat. Pencapaian yang luar biasa, karena dari 40.000 film yang diproduksi hanya 1% saja yang terpilih diseleksi untuk nominasi Oscar. Film saingannya merupakan film-film terkenal seperti Interstellar, Hunger Games, Days of Future Past, Boy Hood and Birdman.
Livi Zheng, gadis berusia 26 tahun kelahiran Jawa Timur, Sarjana Ekonomi yang kini melanjutkan kuliah S2 jurusan Film Production di salah satu University of Shoutern California. Livi, sejak kecil menyukai olahraga beladiri wushu, hingga saat SMP ia pindah ke Beijing pun tetap melanjutkan belajar wushu. Livi mempunyai keinginan membuat film action yang berlatar belakang seni, ia bertekad harus mewujudkannya. Ia juga bertekad fokus pada cita-citanya yang ingin menjadi Hollywood Movie Director, ia yakin pasti akan terwujud.
Menurutnya “Kesuksesan berawal dari Keyakinan”. Jangan patah semangat, meskipun banyak Executive Producer menolak scenario cerita film yang ingin Livi buat, namun ia terus mencoba menawarkan lagi, hingga suatu hari ia berjumpa dengan Executive Produser di sekolah kungfu yang sudah 20 tahun belajar di sana, sudah banyak pergi ke banyak negeri termasuk Asia pula. Livi diminta membuat scenario film oleh sang Executive Producer, Livy juga selalu diminta merevisi skenarionya berulang-ulang hingga 32 kali. Livy tetap semangat hingga akhirnya skenaro disetujui dan mulai mencari kru untuk membuat film ini.
[caption caption="Livi Zheng aktris pemeran utama sekaligus sutradara film Brush With Danger"]
[caption caption="Kakak beradik yang sukses membuat film dan ikut dalam ajang Oscar di Hollywood Amerika"]
Film Brush With Danger ini diawali dengan imigrasi orang-orang Asia Timur yang masuk kontainer kapal kargo yang kemudian merapat di Pelabuhan Seatle Amerika Serikat. Kontainer tersebut dibuka diam-diam di malam hari, lalu berhamburan keluarlah para imigran gelap tersebut. Alice dan Ken pun terpana tak percaya mereka sudah tiba di negeri yang mungkin bisa mewujudkan impiannya. Rencananya bila impian mereka terwujud, maka mereka akan memboyong ayah mereka ke negeri itu juga.
Namun sayang saat mereka hendak membantu seorang wanita dari perampokan malah tas Alice yang berisi uang 92 dollar Amerika digondol si perampok, lalu karena terdengar sirine polisi mereka tak melanjutkan mengejar si perampok, cepat-cepat kabur menghindari kejaran polisi.
Menjadi imigran gelap, harus selalu waspada dari kejaran polisi, luntang-lantung tanpa uang sepeser pun dan kondisi perut lapar lengkaplah sudah penderitaan mereka, hanya bisa ngiler melihat orang yang asyik makan di restauran. Demi bisa mengganjal perut mereka maka Ken rela mengorek-ngorek tempat sampah mencari roti buangan dari restaurant. Walaupun awalnya mencegah Ken melakukan hal tersebut namun akhirnya Alice memakan roti buangan juga.
Di area terbuka sedang ada pasar kaget, maka Alice dan Ken coba menjual lukisan-lukisan karya Alice di sana. Tak seorang pun ingin membeli lukisan khas Asia. Akhirnya Ken melakukan atraksi wushu, diajaknya Alice agar mau melakukan atraksi wushu namun karena Alice menolak malah adegan lucu yang terjadi, celana panjang Ken melorot. Hehehe, rupanya atraksi tadi mengundang perhatian semua orang di sana dan cukup menghibur, banyak yang memberi uang receh kepada mereka.
Elizabeth, seorang wanita tua pemilik restauran merasa tertolong oleh Ken dan Alice pada saat tasnya hendak dirampok. Sebagai rasa terimakasih Elizabeth membuatkan mereka burger dan dimakan lahap oleh Alice dan Ken yang memang sedang lapar sekali , akhirnya Elizabeth mengetahui bahwa para penolongnya adalah imigran gelap maka ia menawarkan mereka tinggal bersamanya tapi ditolak oleh Alice, namvun akhirnya Alice dan Ken setuju akan mengatntarkan Elizabeth pulang ke rumah setiap hari saat pulang kerja.
Keesokan harinya Alice dan Ken menjual lukisan lagih, namun tetap tak ada seorang pun yang mau membelinya, Ken kembali memperlihatkan atraksi wushu, Alice pun terpaksa turut ikut melakukan atraksi wushu. Banyak orang menyukainya dan memberikan uang recehan. Alice dan Ken kaget bingit manakala melihat uang 100 dollar diberikan ke hadapan mereka.