Mohon tunggu...
Indah Mariana
Indah Mariana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Kalau PKS Rendah Hati, Istana Pasti Kalang Kabut

23 Juli 2018   16:04 Diperbarui: 23 Juli 2018   16:05 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: sinarharapan.co

Indonesia sekarang ini kayak lagi mimpi buruk. Enggak habis pikir kita, tapi pan kejadian juga. Siapa sangka, sudah 20 tahun reformasi, tapi dollar AS balik lagi ke angka Rp14.519? Katanya Rizal Ramli, harga-harga barang di Indonesia dua kali lebih mahal dari harga di luar negeri,. Ya, harga gula, ya harga daging, ya harga bawang, semuanya lebih mahal dari harga di luar negeri.

Indonesia lagi kagak punya duit. Tapi dipaksa-paksa juga bangun ini-itu. Pakai duit utang luar negeri lagi. Lha, jalan tol itu buat siapa? Monorel itu buat siapa? Kereta bandara itu buat siapa? Kagak semua rakyat Indonesia yang bisa ngerasain. Tapi kalau soal siapa yang bayar, ya semua anak cucu kita nanti.

Kan kagak jelas jadinya. Kita kagak nikmatin, tapi disuruh bayar utang luar negeri yang jumlahnya gila-gilaan itu.

Sebagai rakyat Indonesia saya ingin perubahan. Saya ingin pemerintahan Jokowi cukup di sini. Saya ingin pemerintahaan hasil Pilpres 2019 nanti diisi orang-orang baru. Pemimpin yang benar-benar mengerti kebutuhan rakyak kecil, yang program-program buat rakyat kecil. Bukan buat nyenangin investor-investor asing itu.

Saya punya harapan besar sama Prabowo Subianto. Tapi kalau koalisinya kayak gitu, ya pusing juga kepala Barbie. Koalisinya Gerindra, PKS, PAN, dan Partai Demokrat sampai sekarang kagak jelas mau mengusung siapa? Iya, sudah hampir pasti Prabowo yang jadi capresnya. Tapi gara-gara rebutan cawapres, rakyat jadi lihat ada blunder tingkat dewa di koalisi ini.

Saya paham PKS sudah bersama Gerindra sejak lama. PAN pun demikian. Tapi kan yang namanya koalisi mesti dibangun secara rasional. Kagak perlu pakai gimmick "kita sudah bersama sekian lama" atau "ada perjanjian yang disepakati".  Lalu pura-pura bakal lari kalau kandidatnya kagak dipilih.

Kalau targetnya menganti figure Jokowi dengan pemimpin yang lebih mumpuni pada Pilpres 2019, berarti paslon kandidat yang paling mungkin menang yang mesti diajukan. Siapa? Dari sisi capresnya sudah pasti Prabowo. Dari sisi cawapresnya jelas Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Kenapa? Karena popularitas dan elektabilitas mereka yang paling besar. Jika mereka dipasangkan, pasti bisa saling mengisi, bisa saling memperkuat. Supaya target buat menumbangkan Jokowi bisa lebih besar lagi.

Bisa saja diajukan Ahmad Heryawan (PKS) atau Zulkifli Hasan (PAN) buat jadi bakal cawapres Prabowo. Tapi kontribusi mereka kagak bakal sebesar sumbangan elektoral yang dikasih AHY untuk Prabowo. Artinya secara rasional, rakyat Indonesia sudah paham siapa yang semestinya digandeng Prabowo buat berkompetisi dengan Jokowi. Dia adalah AHY.

Saya tahu politik itu butuh manuver, butuh silat lidah ciamik, tapi mbok lah jujur. Targetnya apa? Targetnya buat siapa? Kalau targetnya cuma supaya Prabowo bisa nyapres dan PKS atau PAN bisa punya cawapres ya sok atuh! Hompimpa saja! Kalau perlu terus saja main tekan, saling ancam, bla-bla-bla.

Tapi kalau targetnya buat bangsa Indonesia. Supaya sehabis Pilpres 2019 kita punya pemimpin baru, yang mumpuni dan paham kebutuhan rakyatnya, sudah jelas yang mesti disodorkan adalah paslon Prabowo-AHY.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun