Dewasa ini, masyarakat seringkali dihadapkan dengan berita-berita hoax yang ntah dari mana sumbernya. Dilansir dari baliexpress.jawa.com, terhitung pada 1 April 2020 jumlah berita hoax mencapai 405 kasus. Angka ini akan terus melonjak jika tidak adanya kesadaran masyarakat.
Meski terlihat sepele, namun berita hoax ini justru memicu kepanikan dan kekhawatiran berlebih dari masyarakat Indonesia khususnya. Sebagai dampak dari kepanikan dan kekhawatiran ini, masyarakat cenderung sulit berpikir logis dalam menanggapi setiap permasalahan yang ada.
Saya mendapati beberapa kali ibu saya bertanya mengenai pesan dari WhatsApp group miliknya, "ini bener gak ya nak?". Wah, ini bukan yang pertama kalinya saya mendapati pertanyaan serupa demikian.
Terkadang saya bersyukur dikarunai sifat "tidak gampang percaya" terhadap informasi yang seringkali saya dapati di dunia maya, kecuali dengan sumber yang jelas. Sayangnya, tidak semua orang mampu berlaku demikian.
Saya sempat heran mengapa dengan mudahnya sebagian masyarakat mempercayai informasi yang tidak jelas dari mana asal sumbernya. Jika kalian cermati, rumus berita hoax itu hanya terdiri dari 2 bagian. Bagian/paragraf pertama akan mengangkat seputar masalah yang sedang viral saat itu dan bagian/paragraf kedua akan membumbui masalah tersebut dengan embel-embel "sains" atau "teknologi".
Indonesia memang sedang mengalami darurat literasi, seringkali saya temui beberapa masyarakat awam, generasi 40 tahun ke atas khususnya, sangat takjub ketika mendengar istilah-istilah seperti DNA, anti-virus, anti-bacterial, dan segala jenis istilah sains lainnya.
Dengan mengandalkan istilah-istilah "ajaib" tersebut, para pelaku berita hoax berhasil menyulap berita bohong menjadi berita yang terlihat keren di mata pembaca nya. Miris sekali, bukan?
Krisis Ekonomi Tahun 1998
Tidak bisa kita pungkiri bahwa mungkin para generasi orang tua kita yang berumur 40 tahun ke atas tengah mengingat jelas bagaimana sulitnya perekonomian pada tahun 1998 silam.
Hal ini tentunya berimbas pada kekhawatiran masyarakat akan terulang kembalinya luka lama tersebut di era pandemi saat ini.