Mohon tunggu...
Indah Karunia Rahmadani
Indah Karunia Rahmadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknologi Radiologi Pencitraan

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Radiografer vs Teknologi: Akankah Menggeser Peran Radiografer di Dunia Kesehatan?

31 Desember 2024   18:41 Diperbarui: 31 Desember 2024   18:41 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Ketika kita berbicara mengenai dunia medis, pasti yang terbersit dalam benak kalian adalah dokter dan perawat. Namun, tahukah kalian dibalik lembaran hasil rontgen kalian ada  campur tangan seorang radiografer hebat di dalamnya? 

Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial. Prinsip ini juga relevan dengan jalinan kerja dalam dunia medis. Seorang dokter tentunya tidak bekerja sendiri. Mereka dikelilingi oleh tenaga kesehatan lainnya termasuk radiografer. Radiografer merupakan tenaga kesehatan yang ahli dalam bidang pencitraan. Mereka memiliki peran besar dalam pengoperasian alat medis layaknya USG, Ct Scan, bahkan MRI. Radiografer memegang peran yang sangat krusial dengan menjembatani dokter dalam mengoperasikan alat di atas guna menghasilkan informasi visual yang dapat membantu dokter untuk menentukan langkah terbaik bagi pasien. 

Selama menempuh pendidikan, seorang radiografer dibekali ilmu mengenai beragam jenis modalitas dalam radiologi termasuk cara mengoperasikannya. Sehingga ketika mereka lulus, mereka dapat memiliki kompetensi yang unggul dan mampu bersaing dengan mahasiswa lainnya. Akan tetapi, zaman yang terus berjalan dan globalisasi semakin menggila diikuti dengan perkembangan teknologi secara pesat agaknya sangat berdampak terhadap kemajuan modalitas radiologi di seluruh dunia termasuk Indonesia. Oleh karena itu, saat ini berbagai modalitas radiologi modern telah menjadi alat diagnostik yang sangat diperlukan. 

Kemajuan teknologi khususnya dalam bidang modalitas radiologi tentu menjadi hal yang telah digadang-gadangkan oleh masyarakat Indonesia. Dan saat ini alat-alat canggih tersebut telah digunakan di beberapa rumah sakit di Indonesia. Masih belum merata, namun bisa diusahakan kembali persebaran alatnya oleh pemerintah. Akan tetapi, teknologi kesehatan pasti akan terus berkembang menyesuaikan dengan kebutuhan saat itu. Sementara itu, seorang radiografer selama masa pendidikannya hanya belajar mengenai alat yang ada pada zaman mereka pendidikan. Semakin canggih teknologi dan semakin beragam modalitas radiologi yang digunakan di dunia kesehatan tentunya menuntut radiografer untuk dapat dengan cepat mengoperasikan teknologi tersebut. Keberadaan teknologi kesehatan tentu memudahkan para tenaga kesehatan termasuk radiografer. 

Beberapa manfaat teknologi kesehatan di bidang radiologi yang semakin canggih, diantaranya, yaitu meminimalisasi adanya kesalahan data, efisiensi cara kerja, dapat melakukan deteksi dini terhadap suatu penyakit, meminimalkan dosis radiasi yang diterima pasien, pemantauan efektivitas pengobatan, dan meningkatkan efektivitas pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Ditinjau dari manfaat tersebut, banyak sekali manfaat yang bisa dirasakan baik itu dari segi tenaga kesehatan maupun dari pihak pasien. Besarnya efek globalisasi sangat memungkinkan adanya modernisasi alat-alat radiologi. Dan pastinya manfaat yang diperoleh akan semakin besar. Sehingga, akankah kecanggihan modalitas radiologi justru akan menggeser peran radiografer secara penuh?

Tugas radiografer begitu erat kaitannya dengan penerapan komunikasi terapeutik terhadap pasien. Dalam praktiknya, seorang radiografer tak hanya cukup menguasai alat radiologi. Namun mereka juga dituntut untuk mampu mengayomi pasien, membangun kepercayaan dengan pasien, dan mengutamakan kenyamanan pasien. Ketiga hal tersebut tidak akan bisa dimiliki oleh sebuah mesin atau robot atau teknologi dalam radiologi. Karena pada dasarnya manusia diciptakan oleh Tuhan dengan segala bentuk rasa emosi yang begitu kompleks, termasuk rasa empati. Sehingga teknologi buatan khususnya bidang radiologi tidak akan bisa menggantikan secara penuh peran radiografer. Meninjau kembali bahwa sebuah alat diciptakan dengan tujuan untuk membantu mempermudah suatu pekerjaan. Bukan untuk mengambil alih peran radiografer.

Alasan lain bahwa teknologi tidak bisa menggantikan peran radiografer, yaitu manusia memiliki pengetahuan yang mumpuni mengenai anatomi dan fisiologi manusia. Selain itu, dalam dunia kerja terutama bidang kesehatan pasti akan terjalin kerja sama antar profesi yang hanya bisa dilakukan oleh manusia. Dalam kerja sama tersebut, juga terselip nilai tanggung jawab dan etika yang harus dijaga. Sebuah alat tak akan bisa melakukannya. 

Teknologi dalam bidang radiologi secara signifikan mengubah cara kerja seorang radiografer dan memberikan banyak manfaat. Namun, perlu disadari bahwa teknologi tidak akan bisa sepenuhnya menggantikan peran vital seorang radiografer, yang melibatkan empati, keterampilan komunikasi, dan etika profesional. Sebuah kombinasi antara kecanggihan teknologi dan keahlian manusia adalah kunci utama untuk menghadirkan layanan radiologi yang optimal kepada masyarakat. Maka dari itu, keberadaan seorang radiografer tetap menjadi elemen krusial dalam memastikan kualitas dan keselamatan pelayanan kesehatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun