Sejarah Indonesia merupakan rangkaian peristiwa yang rumit dan penuh warna, menggambarkan perjalanan panjang bangsa ini dari masa prasejarah hingga zaman modern. Dari masa kejayaan kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya dan Majapahit, melalui era kolonialisme oleh bangsa asing, hingga akhirnya mencapai kemerdekaan pada tahun 1945, setiap periode menawarkan cerita dan pelajaran berharga yang patut diingat dan dipelajari.
Artikel ini dibuat bertujuan untuk mengeksplorasi dan mendokumentasikan berbagai aspek penting dalam sejarah Indonesia, mengungkap kisah-kisah heroik, perjuangan melawan penjajah, serta perubahan sosial dan politik yang telah membentuk identitas bangsa. Melalui penelitian yang mendalam, Artikel ini tidak hanya bertujuan untuk melestarikan sejarah, tetapi juga untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada generasi muda mengenai pentingnya menghargai dan belajar dari masa lalu.
Dengan kontribusi dari sejarawan, peneliti, dan penggiat sejarah, kami berharap Artikel ini dapat menjadi sumber informasi yang berharga dan inspiratif. Kami juga ingin menekankan pentingnya pendekatan multidisipliner dalam mempelajari sejarah, menggabungkan ilmu arkeologi, antropologi, sosiologi, dan ilmu politik untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang masa lalu Indonesia.
Melalui penerbitan Artikel ini, kami berharap dapat mengajak pembaca untuk mengeksplorasi kembali perjalanan bangsa ini, merenungkan pencapaian dan tantangan yang telah dilalui, serta menumbuhkan rasa bangga dan tanggung jawab untuk terus menjaga dan memperjuangkan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para pendahulu kita.
Masa Kerajaan : Sriwijaya dan Majapahit
Kerajaan Sriwijaya adalah sebuah kerajaan pantai yang berperan penting dalam perdagangan internasional melalui Selat Malaka, menghubungkan Asia Timur, Asia Barat, dan Eropa selama berabad-abad. Kerajaan ini merupakan pusat perdagangan utama pada jalur pelayaran pada masa itu, dengan mencatat hubungan dagang penting antara Asia Tenggara dan Cina. Pada puncak kejayaannya pada awal abad ke-10, Sriwijaya menjalin perdagangan maritim dengan Arab dan hubungan politik serta ekonomi dengan Kerajaan Chola di India Selatan. Namun, pada awal abad ke-13, Sriwijaya mengalami kemunduran yang disebabkan oleh faktor internal seperti ketidakmampuan beradaptasi dengan pasar yang lebih kompetitif dan perubahan penguasaan internal, serta faktor eksternal seperti ekspansi perdagangan dari Cina dan pengaruh bangsa Arab di pantai timur Afrika yang mengancam posisi Sriwijaya di Selat Malaka.
Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293 dengan tujuan utama menguasai perdagangan maritim yang sebelumnya dikuasai Sriwijaya. Setelah Sriwijaya runtuh, Majapahit memperluas dominasinya atas jaringan perdagangan di Nusantara, mencakup wilayah dari Sumatra hingga Maluku, termasuk Semenanjung Melayu, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau di Maluku (Mahamid, 2023). Tokoh terkenal dari Majapahit adalah Mahapatih Gajah Mada, yang memainkan peranan penting dalam pemerintahan dan politik luar negeri. Gajah Mada terkenal dengan Sumpah Palapa, di mana ia berjanji untuk tidak menikmati rempah-rempah sebelum mengakui Majapahit sebagai satu-satunya kerajaan yang berkuasa. Majapahit mengendalikan perdagangan maritim pada abad ke-14 dengan kapal dagangnya sendiri serta melakukan pelayaran bersama pedagang asing (Burhanuddin dkk., 2003). Namun, kejayaan Majapahit tidak berlangsung selamanya. Pada awal abad ke-15, kerajaan ini mengalami kemunduran akibat persaingan dari armada perdagangan Cina dan pertumbuhan Islam yang pesat di Pulau Jawa. Dinamika ekonomi maritim yang berubah serta konflik internal di antara keluarga kerajaan juga berkontribusi terhadap kemunduran Majapahit (Mahamid, 2023).
Kedatangan Bangsa Asing : Penjajahan dan Kolonialisme
Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang masuk ke Indonesia. Mereka mendirikan kantor dagang di Gowa pada tahun 1509 dan menguasai Malaka pada tahun 1511 di bawah d'Albuquerque. Pada tahun 1512, dipimpin oleh d'Abreu, Portugis tiba di Maluku dan diterima Sultan Ternate yang sedang bermusuhan dengan Tidore. Mereka mendirikan benteng dan memonopoli perdagangan rempah-rempah di sana. Franciscus Xaverius, tokoh Portugis, aktif menyebarkan ajaran Nasrani, dan pada tahun 1522, Portugis juga beraktivitas di Pajajaran untuk mendapatkan dukungan melawan ekspansi Demak.
Kemudian pada tahun 1595, Belanda berlayar ke Nusantara dengan empat kapal dipimpin Cornelis de Houtman, melewati rute Afrika Barat, Tanjung Harapan, Samudra Hindia, Selat Sunda, dan tiba di Banten namun akhirnya diusir karena perilaku buruk. Pada tahun 1598, rombongan kedua dipimpin Jacob van Neck diterima baik karena Banten berseteru dengan Portugis. Belanda menjalin hubungan baik dengan Banten dan mengirim rempah-rempah ke Belanda, menarik minat pedagang Belanda dan menyebabkan persaingan. Melihat situasi ini, Olden Barneveld mengusulkan pembentukan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) pada tahun 1602 untuk mengelola perdagangan di Hindia Timur. Hingga pada tahun 1800, Hindia Belanda menjadi koloni resmi Belanda hingga Indonesia merdeka pada tahun 1945.
Lalu bangsa Inggris mencari rempah-rempah di India dan membentuk East India Company (EIC), lalu berlayar ke Indonesia untuk berdagang. Meski Belanda mendominasi, Inggris mencoba mengganggu monopoli VOC. Pada tahun 1602, Inggris mendirikan kantor dagang di Banten dan Jayakarta, serta membuka banyak kantor dagang di Indonesia hingga abad ke-16, termasuk di Gowa, Makassar, dan Aceh. Namun, sikap sombong dan otoriternya membuat pedagang Inggris tidak disukai oleh masyarakat Indonesia.