Perjalanan selanjutnya pada penjajakan Gajayana Team di kota malang, dilanjutkan dengan Mendatangi Hidden trip yang tepatnya berasa pada dusun nanasan Desa ngawonggo. Perjalanan kali ini dilaksanakan pada tanggal 28 April 2024 dan ditempuh dalam kurum waktu kurang lebih 1 jam dari Universitas Negeri Malang.
Saat kami tiba pada situs wisata patirtaan ngawonggo, kami langsung di sambut oleh mas Rahmat, Mas Hanafi dan mas Haris selaku pengelola situs ini. Kami diminta untuk melepaskan alas kaki agar lebih dekat dengan alam, karena dengan bersentuhan langsung pada tanah akan meningkatkan kekuatan positif pada tubuh kita. Mas Yasin menuturkan mengenai situs yang sempat ditinggalkan ini merupakan situs patirtaan yang telah ada sejak abad 10 hingga ke 13 masehi, yaitu pada saat peralihan dari kerajaan kediri kepada kerajaan singosari. Pada zamannya patirtaan ngawonggo ini digunakan sebagai tempat peribadatan dan sumber mata air. "situs ini sudah ada sejak lama, tetapi memang tidak ada pengelolaan yang berkelanjutan, hingga pada tahun 2017 dilakukan penelitian yang mendatangkan warga sekitar dan beberapa ahli guna membuka kembali situs ini" ujar beliau.
Setelah penjabaran mengenai sejarah pada situs patirtaan ngawonggo ini, kami diajak untuk mencoba meracik teh yang biasanya disuguhkan kepada tamu-tamu yang berkunjung pda situs patirtaan ngawonggo ini. Terdapat dua macam atau dua jenis teh yang biasanya di suguhkan bagi tamu yaitu tomboan abang dan wedang ngawonggo. Tomboan abang adalah teh yang di racik dengan menggunakan beberapa bahan seperti jinten item, kapulaga, cengkeh, kayu manis, bunga lawang, sereh, jahe dan kayu secang yang akan menimbulkan warna merah pada teh ini, sedangkan wedang ngawonggo menggunakan rempah yang sama hanya saja ditambahkan perasan jeruk nipis pada saat proses pembuatannya. Manfaat dari wedang abang adalah untuk menjaga kekebalan tubuh sedangkan wedang ngawonggo bermanfaat dalam melancarkan sistem pernafasan dan tenggorokan.
Selain minuman, kami juga disuguhkan beberapa makanan ringan seperti kue apem pasung yang merupakan filosifi dari pengampunan, selanjutnya ongol-ongol yang memiliki filosofi keberagaman karena warna dari onogl-ongol yang beragam, getuk mmeiliki makna saling berkaitn satu sama lain, dan pulut yang bermaknakan kedekatan atau kerekatan antara sesaama makhluk hidup. Selain makanan ringan, kami juga di suguhkan makanan tradisional berupa nasi putih, urap, tempe gembus, tempe kacang, sayur lodeh dan kerupuk nasi.
Pada situs bersejarah patirtaan ngawonggo ini, terdapat mata air yang bersumber langsung dari kaki gunung semeru, terdapat 9 pancuran yang melambangkan elemen kahidupan manusia pada dunia ini dan 9 elemen tubuh kita harus senantiasa kita jaga selama hidup ini, disini juga terdapat beberapa prasasti yang dipercaya sebagai penginggalan dari masa kejayaan kerajaan kediri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H