Nah, menjadi opportunity bagi kita, anak-anak muda ini biasanya identik dengan pemilih yang kritis dan rasional. Mereka memiliki idealisme yang tinggi dibandingkan generasi sebelumnya karena relatif tidak ada keterikatan secara emosional ataupun ideologi (apolitis). Oleh karena itu, mereka bisa lebih independen ketika mengevaluasi kandidat yang akan dipilih pada kontestasi politik 2024.
Hal ini misalnya terlihat dari seorang perempuan bernama Melinda (24 tahun) dari Jakarta Pusat. Ia sangat selektif dalam memilih calon pemimpin. Mulai dari rekam jejak, visi misi yang disodorkan, serta janji politik.
Semua variabel itu diperiksanya satu-satu sehingga harapannya harus sesuai dengan kapabilitas sang calon. Tak hanya itu, program yang dijanjikan juga mesti dikawal saat pemimpin tersebut terpilih.
Yang lebih penting lagi, Melinda juga enggan menerima 'gula' atau biasa disebut politik uang dari para calon saat melakukan kampanye. Menurutnya, hal itu hanya akan selalu menjerumuskan pelaku pada hal yang transaksional sehingga kebijakan yang diambil saat memimpin nanti tidak berorientasikan kepentingan rakyat.
Dari anak-anak muda Jakarta tipikal Melinda inilah secercah harapan mengenai Pilkada yang bersih dari politik uang bisa kita sematkan. Pilkada Jakarta masih mungkin terbebas dari politik uang asalkan anak-anak mudanya mampu berpikir kritis dan rasional.
Pesan kita cuma satu: Mari jaga suara kita, jangan pilih kandidat yang menyodorkan uang. Karena pasti ada udang di balik batu. Yaitu, mereka pasti mengincar sumber daya publik untuk akumulasi pribadi dan kelompoknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H