Mohon tunggu...
Indah Gayatri
Indah Gayatri Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Rayakan Perbedaan

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Jakarta Bisa Bebas Politik Uang, Asalkan?

14 November 2024   13:41 Diperbarui: 14 November 2024   14:05 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, menjadi opportunity bagi kita, anak-anak muda ini biasanya identik dengan pemilih yang kritis dan rasional. Mereka memiliki idealisme yang tinggi dibandingkan generasi sebelumnya karena relatif tidak ada keterikatan secara emosional ataupun ideologi (apolitis). Oleh karena itu, mereka bisa lebih independen ketika mengevaluasi kandidat yang akan dipilih pada kontestasi politik 2024.

Hal ini misalnya terlihat dari seorang perempuan bernama Melinda (24 tahun) dari Jakarta Pusat. Ia sangat selektif dalam memilih calon pemimpin. Mulai dari rekam jejak, visi misi yang disodorkan, serta janji politik.

Semua variabel itu diperiksanya satu-satu sehingga harapannya harus sesuai dengan kapabilitas sang calon. Tak hanya itu, program yang dijanjikan juga mesti dikawal saat pemimpin tersebut terpilih.

Yang lebih penting lagi, Melinda juga enggan menerima 'gula' atau biasa disebut politik uang dari para calon saat melakukan kampanye. Menurutnya, hal itu hanya akan selalu menjerumuskan pelaku pada hal yang transaksional sehingga kebijakan yang diambil saat memimpin nanti tidak berorientasikan kepentingan rakyat.

Dari anak-anak muda Jakarta tipikal Melinda inilah secercah harapan mengenai Pilkada yang bersih dari politik uang bisa kita sematkan. Pilkada Jakarta masih mungkin terbebas dari politik uang asalkan anak-anak mudanya mampu berpikir kritis dan rasional.

Pesan kita cuma satu: Mari jaga suara kita, jangan pilih kandidat yang menyodorkan uang. Karena pasti ada udang di balik batu. Yaitu, mereka pasti mengincar sumber daya publik untuk akumulasi pribadi dan kelompoknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun