Mohon tunggu...
Indah Fitriani
Indah Fitriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Indah Fitriani, dikenal sebagai Indah adalah mahasiswi Universitas Airlangga yang bercita-cita menjadi dokter hewan. Menikmati momen sederhana dan mengekspresikan diri lewat menulis dan menari. Topik Favoritnya adalah mengenai sastra, dunia fiksi, dan psikologis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dokter Hewan sebagai Detektif yang Mengurai Masalah Lewat Komunikasi

2 Januari 2025   10:28 Diperbarui: 2 Januari 2025   11:54 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Klinik Hewan Airlangga Banyuwangi

Kalau kamu, nih, punya peliharaan, pasti ada satu momen panik banget yang pernah kamu rasakan waktu peliharaan kamu sakit. Entah itu anjing yang tiba-tiba badannya lesu seharian, atau mungkin kucing yang biasanya doyan makan jadi nggak mau makan. Nah, kalian pernah kepikiran nggak? Bagaimana cara seorang dokter hewan bisa mengetahui apa yang dirasakan oleh hewan yang tidak bisa berbicara? Bagaimana cara mereka mengetahui hanya dengan suara dengkuran ataupun hanya dengan mendengar suara gonggongan? Di klinik Airlangga, Banyuwangi, Drh. Noel Sitepu membagikan sepenggal pengalaman menariknya tentang bagaimana para dokter hewan dianggap sebagai seseorang yang dapat memberikan "keajaiban."

Bagi banyak orang, dokter hewan mungkin hanya dianggap sebagai seorang "dokter" yang mengobati hewan. Namun, bagi Drh. Noel Sitepu, profesi ini memiliki kerumitan yang lebih dibanding anggapan itu. "Kami diharuskan menyusun puzzle-puzzle yang ada," ujarnya. "Kami, sebagai dokter hewan, dapat diibaratkan menjadi seorang detektif yang harus melakukan investigasi, kira-kira apa yang dirasakan oleh hewan yang sakit melalui petunjuk yang samar," ucap Drh. Noel. Yang menegaskan bahwa tugas dari dokter bukan hanya sekadar mengobati, tetapi juga menghubungkan berbagai potongan informasi tersebar, yang pada awalnya mungkin tidak berkaitan, dan pada akhirnya disusun menjadi satu gambaran yang utuh.

Sebagai seorang detektif, dokter hewan juga harus memiliki kemampuan untuk menggali informasi dari pemilik hewan, memeriksa gejala fisik hewan, dan menyimpulkan tentang apa yang terjadi. "Tugas dokter hewan lebih dari sekadar merawat hewan, tetapi juga memahami cerita dari pemiliknya." Di balik tiap diagnosis, dokter hewan yang bertindak sebagai detektif mengumpulkan informasi melalui owner atau pemilik hewan. Namun, tidak jarang informasi yang disampaikan oleh pemilik tidak sejalan dengan gejala fisik yang ditunjukkan hewan. Jadi, hal ini menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi amat penting untuk menghindari kesalahpahaman.

Tapi kamu tahu nggak? Ternyata tantangan paling besar ketika menjadi dokter hewan itu bukan berasal dari hewan, tapi dari pemiliknya. 

Kamu mungkin pernah ketemu teman yang lebay banget soal hewan peliharaannya. Nah, bayangin itu dikali seratus, terus tambahin bumbu-bumbu emosi karena hewan kesayangannya lagi sakit. "Saya pernah berhadapan dengan pemilik yang marah besar dan menyalahkan dokter ketika hewan peliharaannya meninggal, padahal di situ kami sudah berusaha semaksimal mungkin," curhat Drh. Noel. Menurutnya, siap menjadi dokter hewan berarti siap untuk punya kesabaran yang ekstra untuk menghadapi pemilik yang emosional. Selain itu, Drh. Noel juga menuturkan bahwa perbedaan karakteristik daerah juga memengaruhi kondisi emosional pemilik hewan, komunikasinya juga berbeda. Misalnya, pemilik di Denpasar lebih kritis terhadap hewan peliharaannya, sementara di Banyuwangi lebih memilih menerima dengan sabar.

Menurut Drh. Noel, dokter hewan hanyalah perpanjangan tangan Tuhan. Sebagai dokter hewan, kita tidak boleh memberikan harapan kosong terhadap pemilik hewan. Ketika terdeteksi adanya penyakit yang menjangkit hewan, dokter hewan sebaiknya tidak hanya menjelaskan apa yang terjadi pada hewan tetapi juga menginformasikan kepada pemiliknya tentang apa yang akan dilakukan. Sebelum melakukan pengobatan, ia mengklasifikasikan kondisi pasien yang selanjutnya diinformasikan kepada pemilik hewan menjadi tiga kategori:

1.Fausta: Dapat disembuhkan.

2.Dubius: Kasus yang masih diragukan atau dipertanyakan.

3.Infausta: Tidak dapat disembuhkan.

Dengan pengklasifikasian hal tersebut, pemilik dapat memahami apa yang terjadi dengan hewan peliharaannya. Transparansi ini membuat pemilik tidak sepenuhnya berekspektasi tinggi dan lebih realistis dalam menilai harapan kesembuhan. Di samping komunikasi dan penanganan yang baik terhadap pasien, Drh. Noel juga memberikan edukasi mengenai pentingnya pola makan dan pola hidup bagi hewan peliharaan. Karena menurut Drh. Noel, penyakit hewan bisa dicegah dengan memahami dan peka terhadap gejala-gejala awal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun