Mohon tunggu...
Indah Fermatasari
Indah Fermatasari Mohon Tunggu... Guru - Kepala UPTD SMP Negeri 3 Bakam

Menulis sebagai hobi, kuliner dan suka dengan hal yang positif serta simple

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pentingnya Penerapan Budaya Positif di Sekolah yang Mengimplementasi Kurikulum Merdeka

31 Mei 2024   19:04 Diperbarui: 31 Mei 2024   19:31 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber dokumentasi pribadi

Setelah mempelajari alur Mulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman bersama instruktur tentunya peran sebagai kepala sekolah di tempat saya bertugas dan sebagai calon guru penggerak dapat menerapkan budaya positif di sekolah. Perlunya kolaborasi bersama guru untuk memulai disiplin positif, dan menjadi contoh bagi guru lain dalam mempraktikan segitiga restitusi  di sekolah. 

Dari modul 1.1 saya menyadari bahwa kita sebagai guru perlu menuntun murid sesuai kodratnya, saya sedih karena menemukan murid yang empat dari kebutuhan dasar hidup nya tidak terpenuhi, dari modul ini saya banyak mempelajari hal baru dalam budaya positif motivasi sangat penting. Benar bahwa menurut KI Hajar Dewantara untuk memiliki disiplin diri kita perlu penguasa lain untuk terbentuknya self disiplin itu. 

Dari modul 1.2 peran guru kolaborasi dan berpihak pada murid juga terhubung dikegiatan budaya positif yakni pada saat bersama murid membentuk keyakinan kelas, saya yakin kolaborasi dan bersama guru bimbingan konseling dan usulan nilai kebaikan dari murid akan mendisiplinkan murid dengan nilai keyakinan yang disepakati, dari teori kontrol guru dan kebutuhan dasar manusia penting untuk memahami kembali teori gunung Es, bahwa perilaku yang tampak pada siswa yang bermasalah adalah sebanyak 12 persen yang tampak, sedangkan delapan puluh delapan persen nya merupakan tindakan dari alam bawah sadar yang untuk mendisiplinkan diri perlu pembiasaan yang baik dan konsisten dalam menjalankkan aturan berdasarkan nilai kebajikan universal . 

Selain itu saya harus membuat inovasi dengan menerapkan modul 1.3 Prakarsa perubahan, selanjutnya saya akan membuat prakarsa perubahan tentang pembuatan keyakinan sekolah agar budaya positif diterapkan oleh murid, guru di lingkungan kelas maupun sekolah. Saya percaya prakarsa perubahan dengan canvas BABJA akan menjadi hal baru yang dapat diterapkan di sekolah untuk menciptakan budaya positif

Saya senang karena setelah menganalisis empat studi kasus dan mendiskusikan Bersama rekan kelompok CGP rekognisi saya lebih memahami dan menuntaskan ketercapaian belajar di modul 1.4 Budaya Positif. Saya Percaya bahwa dalam pembuatan keyakinan kelas perlu keterlibatan murid dalam Menyusun pembentukannya, yang paling menarik dan tak terduga adalah salah satu kegiatan dalam mempraktikkan keyakinan kelas Bersama kelas VIII a SMP N 3 Bakam, nyatanya sangat penting ternyata meninjau Kembali kesepakatan kelas yang telah dibuat sebelumnya. 

Murid juga Bahagia telah memiliki nilai kebaikan dari dalam dirinya dengan terbentuknya keyakinan kelas. Pada saat berbagi praktik baik, saya bangga rekan guru ternyata bisa mempraktikan segitiga restitusi dari kasus dan konlik yang ada disekolah. Rekan guru juga mulai memahami pentingnya meninjau ulang keyakinan kelas dan kesepakatan kelas dari waktu kewaktu.

Setelah mempelajari budaya positif ini tentunya pperlu dibentuknya keyakinan sekolah, berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi serta data dari guru dan wali kelas, Keyakinan sekolah perlu dibentuk, tentunya melibatkan guru, wali kelas, orang tua, peserta didik perwakilan kelas, guru bimbingan konseling agar nilai – nilai kebajikan menjadi upaya disiplin positif di SMP Negeri 3 Bakam.

Pengalaman terbaik dan menginspirasi ketika mempraktikan segitiga restitusi di sekolah. Sebagai kepala sekolah, ada permasalah siswa yang dilimpahkan ke saya untuk mempraktikkan restitusi. Namun saya bangga, karena murid yang melakukan kesalahan memahami bahwa ternyata kesepakatan kelas yang telah dibuat perlu dijadikan tolak ukur untuk mendisiplinkan diri.

Pada saat mempraktikkan segitiga restitusi saya senang dapat berinteraksi langsung kepada siswa yang mengalami permasalahan, saya juga bangga dapat menggali kebutuhan dasar yang dimiliki murid, sehingga konflik yang terjadi dapat teratasi dengan baik. Murid memahami dan menyadari atas tindakan yang telah dibuat adalah salah dan berjanji untuk lebih menjadi murid yang memiliki nilai kebajikan.

Tentunya terkait praktik segitiga restitusi memberikan pengalaman yang berbeda, hal yang sudah baik pada saat saya mendesiminasikan modul budaya positif dengan berbagi praktik baik di tempat saya bertugas. Dari kegiatan berbagi praktik baik saya akhirnya menyadari bahwa pentingnya nilai guru penggerak kolaboratif dan berpihak pada murid. 

Rekan Guru yang mengikkuti berbagi praktik baik juga sangat sungguh – sungguh mempraktikkan cara penyusunan keyakinan kelas dan praktik segitiga restittusi berdasarkan analisis studi kasus di SMP N 3 Bakam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun