Industri merupakan salah satu sektor yang berkontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara, tak terkecuali di Indonesia. Sektor industri menyumbang 4,6% dari total pertumbuhan PDB Indonesia. Akan tetapi, masih terdapat beberapa masalah pada proses industri di Indonesia. Salah satu masalah yang menjadi fokus adalah pengolahan limbah logam berat yang banyak diaplikasikan pada industri sebagai bahan baku, fungisida ataupun sebagai aditif.
Dalam proses industri, banyak digunakan logam berat jenis hexachromium atau Kromium Cr(VI) dikarenakan senyawa ini cepat bereaksi dan merupakan oksidator yang baik sehingga banyak dimanfaatkan di industri sebagai bahan pembuatan stainlees steel yang tahan korosi, pembuatan pigmen, pembuatan katalis dan lain sebagainya.
Limbah Kromium yang bersifat karsinogenik dan sulit untuk didegradasi ini tentunya sangat berbahaya bagi lingkungan maupun makhluk hidup terutama berdampak buruk bagi kesehatan. Hingga kini, masih dikembangkan berbagai cara yang efektif untuk menangani pencemaran limbah kromium melalui berbagai metode.
Silika telah digunakan sebagai adsorben dalam pengolahan limbah logam berat. Namun, adsorben silika sulit untuk diregenerasi setelah proses adsorpsi. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka digunakan magnetit (Fe3O4) sebagai adsorben yang dapat diregenerasi oleh medan magnet eksternal. Nanopartikel magnetit (Fe3O4) dapat digunakan sebagai adsorben magnetit melalui metode elektrodeposisi yang berbasis elektrooksidasi besi dalam air demineralisasi.
Magnetit memiliki sifat yang sangat mudah teroksidasi dan mudah larut dalam kondisi asam, sehingga dilakukan modifikasi pada permukaan magnetit dengan cara melapisi permukaan magnetit dengan material berpori seperti silika. Silika merupakan material nontoksik yang telah digunakan secara luas untuk melindungi nanopartikel magnetit dari pengaruh lingkungan menjadi adsorben dengan memanfaatkan sifat permukaan silika yang luas sehingga daya penyerapannya tinggi.
Salah satu sumber silika yang potensial adalah abu bagasse atau ampas tebu yang diperoleh sebagai sisa dari pengolahan tebu pada industri pengolahan gula pasir. Hasil analisis menunjukan bahwa abu bagasse mengandung silika 51% dengan fasa amorf. Silika pada abu bagasse dapat diperoleh dengan ekstraksi basa yang membentuk larutan sodium silikat.
Pada penelitian ini, dilakukan ekstraksi silika dari abu bagasse pada kondisi basa dan titik didih pelarutnya untuk menghasilkan silika mesopori, yang kemudian dimanfaatkan untuk membuat adsorben nanopartikel magnetit bersalut silika melalui metode elektrodeposisi sebagai alternatif untuk menanggulangi masalah pencemaran lingkungan dari logam berat Cr(VI).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H