Teringat masa kecilku di kota Banda Aceh nun jauh disana, Â hidup dengan ekonomi pas-pasan dan bahkan kurang, ayam hanya bisa kami nikmati satu tahun sekali disaat malam tahun baru. Namun hidup yang kurasakan adalah penuh kasih sayang dari seorang ibu, yang tanpa lelahnya membesarkan kami setelah ditinggal ayah saat kami berumur 9 bulan, 3 tahun, dan 6 tahun. Perjuangan yang telah memberikan kami banyak pelajaran hidup yang sangat berharga. Semua itu kami lalui dengan bahagia karena ibu pintar mengemas semua yang dihadapi dengan cerita, nasehat, canda dan tawa.
Hari ini setelah menjalani keluarga sendiri bersama suami dan 2 jagoanku selama 11 tahun di Jakarta, boleh dibilang kondisi ekonomi jauh lebih baik dibandingkan waktu aku kecil. Namun bahagia yang aku rasakan tetap bahagia yang sama seperti dulu, penuh canda tawa, cerita dan juga nasehat dari suami yang membangun, ditengah-tengah kesibukan dan perjuangan hidup yang berbeda.
Saat ini, aku mengerti bahwa Kondisi ekonomi yang berbeda tidak mempengaruhi kebahagian seseorang. Hidup bahagia adalah pilihan yang hanya ada dalam pikiran kita dan diwujudkan dalam prilaku kita sehari-hari.
What a simple way to be Happy :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H