Kurasakan getar merambati nadi.
Tiada akan surut sungai itu menyerahkan arusnya
seperti alir menemukan laut,
sesederhana Cinta-Nya kepada hakikat.
Sabda, kata, kemudian sebuah ledakan.
Apatah sajak?
Aku masuki kesedihan dan duka,
atau lebih persisnya: diriku.
Kursi di hadapan meja saling bertatapan
kosong dari bahasa, penuh dengan tanda.
Penyair mampir menyerahkan makna
lalu sembunyi lagi dalam rahasia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!