Mari berlayar, katamu, kita akan menuju persinggahan sebelum keabadian membuka kedua mata.Â
Kapal berangkat, nyiur memberi pertanda, persis sebuah lambaian. Jangan menerka, angin apa yang melembutkan daun-daunnya.
Kita kisahkan tangis sebagai keindahan laut yang biru, sebelum ombak menepuk punggung karang.Â
Pecahlah, pecah prasangka buruk yang membuatmu bersedih. Kita hanya singgah, sampai pelangi mengulurkan warna yang santun.Â
Semua akan dituntun kepada nasib yang mengibarkan bendera, kepada tempat yang seharusnya.Â
Kita cukup mengikuti suara dalam kalbu sendiri, ke mana setelah ini, ke dalam apa kita menemukan tanah kelahiran.Â
Berdukalah sebentar, kemudian menerima kepastian yang membuka sebuah pintu.Â
Duhai, selamat jalan!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H