Mohon tunggu...
Indah Dwi
Indah Dwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Atasi Stress Hipertensi dengan Aktivitas Fisik di Rumah

26 Juli 2024   12:31 Diperbarui: 26 Juli 2024   12:42 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut WHO, Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu penyakit dimana tekanan darah melebih batas normal. Seseorang dikategorikan Hipertensi jika teknan darah sistolik diatas 140 mmHg dan diastolik diatas 90 mmHg. Pada tahun 2018 tercatat, sebanyak 26,4% orang di seluruh dunia menderita hipertensi dimana wanita lebih banyak daripada pria. Sebanyak 13 provinsi di Indonesia termasuk Jawa Barat memiliki angka prevalensi 29,4% lebih tinggi dari rata -- rata nasional. Dari data yang didapatkan, penyakit hipertensi masih menjadi penyakit tertinggi dan kemungkinan akan meningkat tiap tahun.

Seiring bertambahnya usia, tekanan darah cenderung meningkat. Dimana kategori lansia, berisiko 30 % lebih tinggi dalam mengalami tekanan darah tinggi. Untuk itu, kita perlu tahu apa saja faktor -- faktor yang berisiko dalam terkena hipertensi. Faktor resiko terbagi menjadi dua, yaitu yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah seperti umur, jenis kelamin, keturunan, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat diubah seperti obesitas, konsumsi tinggi garam, alkohol, kopi, kurangnya aktivitas fisik, stress, dan merokok.

Pada penderita hipertensi, cenderung memiliki gejala seperti Sakit kepala, pusing, Jantung berdebar-debar, rasa sakit di dada, Gelisah, Penglihatan kabur, dan Mudah lelah. Jika penderita hipertensi tidak mampu mengontrol tekanan darahnya, hipertensi akan menyebabkan penyakit kardiovaskular yang serius seperti stroke, iskemik, demensia, alzheimer, penyakit jantung koroner, penyakit ginjal dan penyakit retina (Oliveros et al., 2020). 

Tak hanya itu seiring dengan muncul gejala hipertensi, penderita cenderung mengalami stress karena takut akan tekanan darahnya yang tinggi. Menurit Delavera et al. (2021), Terdapat hubungan antara tekanan darah yang tinggi dan tingkat psikologis stress. Tekanan darah yang tinggi menimbulkan ketidaknyamanan emosional yang akhirnya tubuh mengeluarkan hormon stress (adrenalin, tiroksin, kortisol). Jika stress dialami terus menerus, hal itu akan merusak kesehatan tubuh, sama seperti terjadinya hipertensi.

Hipertensi memang tidak dapat disembuhkan secara total, namun hipertensi dapat dikendalikan dan nantinya dapat menurunkan resiko dari komplikasi hipertensi. Hipertensi dapat dikontrol dengan rutin meminum obat antihipertensi dan dioptimalkan dengan mengurangi faktor resiko yang dapat diubah seperti diet rendah garam, tidak meminum alkohol dan kopi, tidak merokok, dan menjaga berat tubuh ideal serta aktifitas fisik.

Aktifitas fisik sangat penting dalam keseimbangan metabolisme tubuh. Dengan melakukan aktivitas fisik secara rutin dapat menyebabkan otot kontraksi sehingga tubuh mengeluarkan banyak energi yang meningkatkan sistem kardiovaskular dan otot sehingga meningkatkan kebutuhan oksigen. Secara bersamaan, frekuensi nafas meningkat dan sirkulasi darah meningkat sehingga dapat menurunkan tekanan darah menjadi optimal.

Aktifitas fisik tidak perlu yang rumit dan bisa dilakukan dirumah, seperti senam hipertensi. Senam hipertensi dapat rutin dilakukan sebanyak tiga kali dalam seminggu. Senam diawali dengan pemanasan otot leher, tangan, tubuh, dan kaki. Dilanjut dengan jalan ditempat, tepuk tangan, tepuk jari, tepuk perut, tepuk paha, tepuk pinggang, tepuk bahu, tepuk betis, jongkok lalu berdiri, dan jinjitkan kaki. Setelah itu, senam bisa ditutup dengan pendinginan dan melakukan peregangan otot supaya lebih rileks. Senam hipertensi dapat dilakukan selama kurang lebih 30 -- 40 menit setiap senam.

 Berdasarkan penelitian oleh Haefa et al. (2019), Senam hipertensi yang dilakukan kepada 30 responden lansia dengan tekanan darah tinggi didapatkan hasil penurunan tekanan darah kepada 73% responden. Jadi dapat disimpulkan bahwa latihan fisik seperti senam dapat menurunkan tekanan darah terutama pada lansia. Untuk itu, sangat disarankan untuk para penderita hipertensi untuk melakukan senam rutin. Tidak hanya lansia, tapi bisa dilakukan sedini mungkin untuk mengurangi gejala dan komplikasi dari Hipertensi. 

REFERENSI

Delavera, A., Siregar, K. N., Jazid, R., & Eryando, T. (2021). Hubungan Kondisi Psikologis Stress dengan Hipertensi pada Penduduk Usia 15 tahun di Indonesia. Jurnal Biostatistik, Kependudukan, Dan Informatika Kesehatan, 1(3), 148. https://doi.org/10.51181/bikfokes.v1i3.5249

Dewi Esa, F., Sopiah, P., & Rosyda, R. (2023). Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Tingkat Stres Pada Lansia Penderita Hipertensi the Relationship of Physical Activity With Stress Levels in Elderly With Hypertension. Jurnal Ilmu Keperawatan Komunitas, 6(1), 17--22.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun