Mohon tunggu...
Indah Destriani Rahayu
Indah Destriani Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hanya manusia biasa.

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (21107030108), Gadis asal Bandung yang hobi bersenandung.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wisata Tebing Breksi Yogyakarta dan Wajah Barunya Pasca Pandemi

30 Mei 2022   21:19 Diperbarui: 30 Mei 2022   21:33 1713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebing Breksi pada kunjungan pribadi hari Jum'at tanggal 27 Mei 2022 (dokumentasi pribadi)

Meski jumlah pengunjung yang datang pasca pandemi ini belum seutuhnya kembali seperti sebelum pandemi, dimana biasanya pengunjung dalam satu harinya bisa mencapai sekitar 5000 orang kini hanya baru 3000 orang saja perhari. 

Tapi dengan jumlah itu bisa dikatakan keadaan Tebing Breksi saat ini sudah sangat membaik di bandingkan dengan masa pandemi yang pernah tidak didatangi satu pengunjung sekalipun.

"Bisa dikatakan jauh lebih membaik si mba, pasca pandemi ini paling banyak kita menerima pengunjung sampai angka 3000an meskipun jumlah ini jauh lebih sedikit ya di bandingkan dengan sebelum pandemi yang bisa sampai 5000 pengunjung setiap harinya", kata Pak Halim.

Menurut pak Halim, sebelum pandemi kemarin sebenarnya akan ada pembangunan beberapa fasilitas seperti pembangunan kolam besar untuk bebek gowes, dan teras kaca di Tebing Breksi. Namun karena adanya pandemic, seluruh investor memberhentikan penyaluran dana dan tidak berlanjut sampai sekarang.

Penulis dengan Pak Halim selaku Humas dan bagian Informasi wisata Tebing Breksi Yogyakarta (dokumentasi pribadi)
Penulis dengan Pak Halim selaku Humas dan bagian Informasi wisata Tebing Breksi Yogyakarta (dokumentasi pribadi)

Dahulu kala tanah di Desa Sambirejo termasuk ke dalam tanah kesultanan (Sultanaat Grond) seluas 27 hektar, 6 hektarnya adalah kawasan Tebing Breksi yang diberikan kepada kelurahan di Desa Sambirejo.

Namun karena kawasan ini berisi bebatuan dan tidak bisa ditanami tumbuhan, maka kawasan Tebing ini dikontrakkan kepada para penambang setempat dan hasil dari kontrakan itu masuk ke dalam kas desa.

Tadinya Tebing Breksi sangat luas namun karena dilakukan penambangan sejak tahun 1970an maka tinggal tersisa seperti sekarang. 

Penambangan di Tebing Breksi ini berakhir di tahun 2014 berdasarkan dari Badan Geologi Nasional yang melakukan penelitian dengan mahasiswa pertambangan dari UGM, UPN dan IPB. 

Dari hasil penelitian diketahui bahwa kawasan Tebing Breksi dan sekitarnya merupakan kawasan Georitis warisan sejarah geologi, karena batuan di Tebing Breksi ini sebenarnya adalah hasil endapan dari abu vulkanik gunung Merapi Purba yang ada di daerah Klaten.

Menurut cerita yang disampaikan oleh Pak Halim wilayah Tebing Breksi 5 jutaan tahun yang lalu merupakan laut namun, karena adanya letusan gunung dan proses Geologi akhirnya terjadi penaikan tanah sehingga airnya tertutup dan menjadi bukit. Keadaan setelahnya, pada kedalaman 500-700meter kebawah wilayah Tebing Breksi ini tidak tembus air.

Setelah adanya rekomendasi dari Badan Geologi Nasional inilah penambangan di Tebing Breksi di tutup pada tahun 2014. Selanjutnya pada tahun 2015 tepatnya pada tanggal 30 Mei Tebing Breksi ditetapkan secara resmi sebagai objek wisata. Penetapan ini di sahkan secara hukum pada SK No. 2 bulan Desember 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun