Mohon tunggu...
Indah budiarti
Indah budiarti Mohon Tunggu... Guru - https://www.kompasiana.com/indahbudiarti4992

Guru biasa dalam kesederhanaan. Berani mencoba selagi ada kesempatan. Menulis untuk keabadian.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Monolog Berdua

13 April 2024   12:27 Diperbarui: 14 April 2024   21:00 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Pepohonan. (Sumber: KOMPAS/Karya Dewi Fortuna Maharani)

Sebatang ranting yang baru saja patah bertanya pada pohonnya
Mengapa engkau masih saja berdiri kokoh
Sedangkan aku kau biarkan terjatuh
Sang pohon menjawab...
Jangan salahkan aku yang tak kuat mengenggammu
Salahkan angin yang meniupmu kencang

Ranting pun menyerah dalam diam...
dalam sakitnya ia mengutuk kehidupan
dan mencari keadilan yang tak kunjung datang kepadanya

whatsapp-image-2024-04-13-at-12-20-43-661a1792c57afb0dc802bf43.jpeg
whatsapp-image-2024-04-13-at-12-20-43-661a1792c57afb0dc802bf43.jpeg
dokumen pribadi

Wahai rantingku yang malang...
Tahukah engkau kalau akupun menderita
Sama sepertimu..
Aku juga menahan sakit yang teramat sangat
Lalu, apakah kita harus menyalahkan angin itu?
Hidup memang tidak adil, kitalah yang harus adil
Mari kita berbagi rasa dalam diam
Hingga di ujung waktu, maut menjemput
Bertahanlah di bumi Tuhan
Ia tak pernah luput menabur keadilan untuk kita
Hanya untuk kita berdua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun