Sebelum ada orang yang mau mengatur lalu lalangnya kendaraan, saya sebagai pengguna jalan dengan kendaraan roda dua harus sangat berhati-hati ketika melewatinya. Harus memiliki kesabaran dan konsentrasi yang luar biasa.Â
Semua pengguna jalan maunya cepat, mau duluan dan sering main serobot. Kadang kendaraan kecil harus mengalah kepada truk besar bermuatan, atau kalau tidak risiko yang sangat tidak diinginkan pasti terjadi. Kadang para supir truk pun harus diuji kesabarannya, mengalah kepada pengendara yang menggunakan kendaraan berukuran lebih kecil.Â
Tak jarang di persimpangan tersebut sering terlontar kata-kata yang tidak pantas karena emosi para pengguna jalan yang tak sabaran atau yang merasa dirugikan. Lampu lalu lintas atau rambu-rambu peringatan lainnya sudah seharusnya dipasang di sana. Lokasi itu memang termasuk tempat yang agak jauh dari pusat kota, tapi apakah rambu-rambu lalu lintas tidak menjadi prioritas untuk lokasi seperti itu?
Untunglah, ada orang yang mau turun tangan membantu kelancaran simpang empat itu. Dengan mengenakan jaket yang mirip warnanya dengan jaket polisi lalu lintas, orang ini dulu sempat membuat beberapa pengendara was-was karena disangkanya adalah polisi yang sedang melakukan razia.
Menurut pengamatan saya, dia tidak bekerja sendirian. Secara bergantian ada beberapa orang yang turut mengatur lalu lintas pada persimpangan itu. Dengan jaket hijau terang, topi dan peluit, tak peduli hujan atau panas mereka selalu bersemangat mengatur laju kendaraan. Mereka bagaikan lampu hijau, kuning, dan merah.Â
Suara peluit yang dikalungkan di leher melengking seakan mengalahkan suara klakson-klakson kendaraan. Mereka bahkan tidak lagi peduli akan keselamatan diri mereka sendiri, berdiri di tengah-tengah persimpangan jalan yang padat itu. Saya dan pengguna jalan lainnya pasti merasakan hal yang berbeda karena kehadirannya. Ada rasa nyaman saat melintasi tempat itu.Â
Oh ya, ia tidak hanya berdiri di tengah jalan saja, tetapi sambil menggerakkan tangan kanan dan kirinya yang memberikan kode hati-hati, silakan jalan atau berhenti dulu. Kadang saya melihat, ia sering membantu dan mengarahkan pemotor yang ragu atau kuatir ketika menyeberang. Ia dengan keberaniannya mampu menghentikan laju truk-truk besar untuk memberikan kesempatan melaju bagi pengguna jalan dari arah atau sisi jalan yang lain.
Untuk kerja dan usahanya itu, tentu saja ada orang yang menaruh rasa simpati dan berterima kasih. Saya pernah melihat ada beberapa kendaraan yang berhenti sesaat di dekatnya untuk mengulurkan tanda terima kasih berupa uang atau bahkan makanan dan minuman. Saya tahu bahwa uang yang diterimanya tidak seberapa, bergantung pada kerelaan para pengguna jalan. Dan tidak semua pengendara memberikannya. Ia memang bekerja secara sukarela.
"Yah dari pada tidak ada kerjaan, saya rela bekerja di tengah jalan ini. Hasil yang saya dapatkan bisalah untuk makan keluarga saya untuk hari ini," begitu ungkap salah satu dari mereka.
Pernah pada suatu hari, tidak ada satu pun petugas atau sukarelawan yang turun ke jalan. Yang terjadi adalah kemacetan timbul dari empat ruas jalan yang bertemu di persimpangan itu. Harus hati-hati dan sabar.
Kerja dan aksi orang-orang seperti itu tampak berani dan gagah saat berada di tengah jalan. Mereka tak peduli lagi pada muka yang menghitam dan kusam diterpa debu dan sinar matahari. Tujuan mereka hanya ingin membantu kelancaran arus lalu lintas selain untuk mencari sesuap nasi. Tidak banyak yang mau bekerja seperti itu.Â