Mohon tunggu...
Indah budiarti
Indah budiarti Mohon Tunggu... Guru - https://www.kompasiana.com/indahbudiarti4992

Guru biasa dalam kesederhanaan. Berani mencoba selagi ada kesempatan. Menulis untuk keabadian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagaimana Membangun Personal Branding Sejak Dini

3 September 2023   20:42 Diperbarui: 3 September 2023   20:46 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(secuil catatan pengalaman dalam mendampingi  peserta didik pemilihan duta wisata )

Banyak kegiatan yang dapat diikuti dalam mengembangkan kepercayaan diri dan wawasan pada diri seorang anak, di antaranya adalah dengan mengikutsertakan di sebuah perlombaan. Seperti pengalaman saya dalam mendampingi salah satu peserta didik saya mengikuti ajang pemilihan duta wisata tingkat provinsi.

Mengembangkan kepercayaan diri serta mendapatkan pengalaman baru khususnya di bidang industri kreatif, itulah kalimat pertama dari saya untuk menyemangatinya (murid). Tentu saja saya harus selektif dalam menentukan siapa yang layak dan cocok menjadi wakil sekolah pada perlombaan itu. Saya memahami bahwa lomba semacam ini memang membutuhkan penampilan fisik yang menjadi salah satu penunjang personal branding.

Agak sulit bagi saya untuk menentukan pilihan siapa dari sekian banyak murid di sekolah yang mampu menjadi wakil dalam ajang pemilihan duta wisata cilik dan remaja ini. 

Pilihan saya jatuh pada seorang anak perempuan yang kebetulan memiliki postur tubuh dan penampilan yang mendukung. Meskipun awalnya ia ragu akan kemampuannya, namun berkat dorongan saya, para guru dan tentunya orang tua, maka ia sanggup untuk menjalaninya.

Banyak hal yang harus ia dan saya lakukan dalam persiapan mengikuti ajang ini. Apalagi bagi saya ini adalah kegiatan pendampingan yang baru, namun niat dan tekad saya menguat karena satu hal, yaitu rasa penasaran. Tentu saja ini juga bukan ajang coba-coba bagi saya. Kami memerlukan waktu berminggu-minggu untuk ini. Tak lupa saya menekankan bahwa ia (murid saya) akan mendapatkan pengalaman yang istimewa termasuk keterampilan berkomunikasi.

Lomba ini (duta wisata) sebenarnya bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan, mengembangkan aktifitas kepariwisataan dan menciptakan citra pariwisata daerah. Lomba yang dibagi menjadi tiga kategori usia (cilik, remaja dan dewasa) ini kerap dilaksanakan setiap tahunnya dan berlanjut sampai ke tingkat nasional.

Tiap peserta nantinya akan menjadi wakil daerah dalam mempromosikan wisata dan menjadi bagian dari pengembangan industri kreatif. Meskipun harapan saya bahwa dengan mengikutsertakan murid saya, akan menambah pengalaman dan keterampilan namun mimpi untuk menjadi salah satu yang terbaik semakin menguatkan usaha kami.

Dimulai dengan membangun kepercayaan diri, keterampilan berkomunikasi dan mengolah informasi adalah langkah-langkah pertama yang saya terapkan. Beberapa rundown kegiatan juga menjadi acuan saya dalam melatih. Diawali dengan tes tertulis dan wawancara, murid saya terus melaju pada sesi unjuk bakat dan photoshoot. 

Di sinilah saya harus memiliki kesiapan yang lebih matang, apalagi pada sesi unjuk bakat yang menurut saya menjadi bagian uji terpenting. Dalam pikiran saya, menjadi duta harus memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik. Maka kami memutuskan bahwa bakat yang akan ditampilkan oleh murid saya adalah seni berbicara. Kebetulan sekali ia mampu berbahasa Inggris. 

Sesi hari itu benar-benar menguras tenaga kami. Bagaimana tidak, penampilan diri tentunya juga menjadi modal terdepan. Unjuk bakat di atas panggung dan dilanjutkan dengan photoshoot. 

Ketika sedang menunggu giliran murid saya untuk tampil, saya sempat terheran-heran melihat beragam penampilan peserta kategori cilik ( rentang usia 5-10 tahun) maupun kategori remaja (usia 11-17 tahun) Sepatu hak tinggi, make up tebal yang berlebihan, kostum yang terlalu mewah dan terkesan overload terpaksa disandang oleh hampir seluruh peserta. 

Tidak tanggung-tanggung, saya sempat mendengar seloroh salah satu peserta yang menghabiskan uang jutaan rupiah untuk sesi itu. Saya dan murid saya sempat tak percaya diri, karena kami tak memiliki persiapan yang paripurna. Make up sederhana sesuai usianya, hairdo tanpa tambahan rambut palsu, kostum yang tak merepotkan dan sepatu dengan hak yang tidak terlalu tinggi.

"Yang penting, kamu nyaman memakai itu semua.." Akhirnya murid saya kembali menunjukkan semangatnya setelah mendengar ucapan saya itu. Ia berhasil menjalankan tugasnya hingga sesi hari itu berakhir.

Masih ada sesi penilaian berikutnya hingga ke babak grand final. Namun ada satu hal yang membuat saya merasa bahwa ajang ini justru menjadi ajang pamer kemewahan, kecantikan dan entah apa lagi. Apalagi saat saya mengetahui bahwa salah satu kategori pemenang dapat dibeli dengan berbagai cara. 

Misal, bagi finalis yang berhasil mengumpulkan like tertinggi dari netizen berhak menyandang status pemenang favorit pilihan publik. Tapi, apakah sistem membeli like masih diperkenankan dan layak menjadi poin penilaian untuk kategori peserta terfavorit pilihan netizen?

Lalu bagaimana dengan personal branding yang konon menjadi kunci bagi para pemenang dan layak menyodorkan diri sebagai wakil daerah?

Personal Branding sendiri memiliki persepsi sebagai definisi cerdas membranding perpektif visual pada diri sendiri agar orang lain dapat mempersepsikannya. Itu berarti para peserta atau finalis duta wisata ini (khususnya) harus memiliki kemampuan menunjukkan jati diri sejak awal/ dini.

Brand (baca: branding) memiliki arti yang sama dengan merek yang menjadi pembeda antara yang satu dengan yang lainnya. Ada dua unsur yang memengaruhi kekuatan sebuah merek yaitu apa yang anda lihat (tangible) dan apa yang anda dengar atau rasakan (intangible).

Lalu apa yang dimaksud dengan personal branding pada dunia pariwisata? Tentu untuk menjadikan suatu tempat terkenal akan pariwisatanya, jelas diperlukan upaya untuk mempromosikan.Banyak pihak yang terkait dalam hal ini, salah satunya adalah diperlukan orang yang mampu menghadirkan brand dari wisata itu sendiri.

Membangun personal branding pada calon duta wisata/ambassador sebaiknya dimulai sejak dini. Bukan saja ketika orang itu ingin menjadi duta wisata atau yang lainnya, tetapi hal ini dapat diterapkan pada diri seseorang agar citra dirinya dapat memegang peranan penting untuk mencapai kesuksesan karir dan kehidupan. 

Lalu, apakah dengan membeli like untuk memilih pemenang kategori pilihan publik/netizen merupakan cara terbaik menjual brand diri? Barangkali untuk yang bagian ini, biarkan saja publik yang memilih tanpa paksaan. Publik akan menilai dengan melihat, sama seperti salah satu unsur dari kekuatan sebuah merek.

Cara lain membangun personal branding sejak dini adalah dengan memberi kebebasan bagi anak untuk memilih apa yang ingin dilakukannya. Biarkan ia merasakan sendiri ha-hal yang akan menggiringnya kepada sebuah kepercayaan diri. Tentu saja para orang tua, pendidik atau pendamping tetap harus mendampingi dan mengarahkan. Dengan arti kata lain, jangan memaksa anak untuk tampil dengan mengenakan kostum atau make up yang tak sesuai hanya karena untuk tampil beda dari yang lain.

Poin yang paling penting adalah menyiapkan anak sebagai peserta lomba yang benar-benar memiliki akhlak ,perilaku yang sesuai,kemampuan berwawasan dan keterampilan untuk siap menjadi brand ambassador dengan menunjukkan personal branding yang berkarakter pancasila. 

Mari kita buktikan bahwa ajang pemilihan duta wisata bukan sekadar ajang/kontes kecantikan atau kelebihan tampilan semata. Jadikan personal branding sebagai citra diri dengan kepribadian yang terpuji dan kelak akan membawa nama destinasi wisata itu menjadi terkenal di mata dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun