Di tengah geliat metropolitan Surabaya yang tak henti menggeliat, terdapat permata-permata tersembunyi yang tetap memancarkan pesonanya---Kampoeng Oase Ondomohen, Kampoeng Oase Songo, dan Kampoeng Oase Tembok Gede. Kampoeng-kampoeng ini, dengan kehangatan dan kehidupan warganya, seakan menjadi oase di tengah hiruk-pikuk kota. Namun, di balik potensi besarnya, kampung-kampung ini menyimpan perjuangan sunyi untuk bertahan dan berkembang di tengah tantangan zaman.
Telkom University Surabaya hadir dengan harapan. Dalam balutan program pengabdian masyarakat yang berakar pada semangat pemberdayaan, mereka menggandeng kampoeng-kampoeng ini sebagai mitra. Dukungan itu hadir dalam bentuk pengembangan kendaraan listrik modular, sebuah inovasi yang digagas untuk menjawab kendala klasik: tingginya biaya operasional kendaraan warga yang bergantung pada bahan bakar fosil.
Adalah Susijanto Tri Rasmana, sosok yang tak hanya menjadi penggerak tetapi juga penjaga api semangat tim pengabdian ini. Bersama Rifki Dwi Putranto, Anita Hakim Nasution, dan para mahasiswa penuh antusias seperti Muhammad Rafli Ramadhan Lubis dan Zenkey Soma Mahendra, mereka menenun harapan baru bagi Kampoeng Oase. Kendaraan listrik modular bukan sekadar alat transportasi hemat energi, melainkan juga simbol dari semangat gotong-royong dan visi keberlanjutan.
"Biaya operasional itu seperti tembok tinggi yang sulit ditembus bagi kami," ungkap Adi, ketua Kampoeng Oase, dengan nada penuh haru. "Tapi, dengan adanya kendaraan listrik ini, kami merasa seperti mendapat jembatan menuju peluang baru."
Program ini tak hanya berhenti pada solusi teknis. Dengan pendekatan penuh cinta ala Andrea Hirata, tim ini menyelami kehidupan warga melalui survei dan wawancara mendalam. Hasilnya tak hanya data, tetapi juga kisah-kisah inspiratif yang menggambarkan betapa masyarakat mendambakan perubahan yang berpihak pada mereka.
"Hasil survei kami sangat menggembirakan," kata Muhammad Rafli, mahasiswa yang dengan penuh semangat berbagi pengalaman. "Masyarakat mendukung penuh inisiatif ini dan berharap inovasi ini tak hanya untuk transportasi pribadi, tetapi juga untuk mendukung usaha mereka."
Kendaraan listrik modular ini dirancang dengan sentuhan kecerdasan teknologi. Hemat energi, ramah lingkungan, dan tangguh untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Kampoeng Oase. Lebih dari itu, inovasi ini berkontribusi pada tiga pilar utama Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs): Energi Bersih dan Terjangkau, Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, serta Kehidupan di Perkotaan yang Berkelanjutan.
Masyarakat Kampoeng Oase kini punya alasan untuk kembali bermimpi. Dengan biaya operasional yang berkurang, mereka bisa mengembangkan UMKM yang selama ini menjadi denyut nadi ekonomi kampung. Wisatawan pun akan merasakan pengalaman baru yang tak hanya memanjakan mata, tetapi juga menyentuh hati.
Langkah kecil yang ditempuh Telkom University Surabaya ini adalah secercah cahaya dalam kegelapan. Sebuah bukti bahwa teknologi tak hanya soal kecanggihan, tetapi juga soal keberpihakan pada kemanusiaan. Dan mungkin, suatu hari nanti, di bawah langit Surabaya yang megah, Kampoeng Oase akan dikenal bukan hanya sebagai permata tersembunyi, tetapi juga simbol keberlanjutan dan harapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H