Mohon tunggu...
Indah K.Ainia
Indah K.Ainia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang yang humoris dan menyukai hal baru,,\r\nSelalu berusaha positive thinking dan ceria .. \r\n\r\n# In adolescene\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Andai Toko Buku Menjamur Layaknya Toko Baju

14 Desember 2014   18:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:19 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setelah mengikuti seminar pak Misbachul Huda , sosok inspiratif yang bias dibilang multi talent ini telah membuka pikiran saya tentang perilaku masyarakat di era dewasa ini. Dalam semiar bertajuk motivasi itu, Beliau mengatakan bahwa masyarakat kini cenderung membelanjakan uangnya utuk hal-hal yang berbau rekreatif dan konsumtif daripada hal-hal yang mengacu pada edukatif dan produktif.
Lingkungan sangat mempengaruhi pola hidup masyarakat. Begitulah yang terjadi pada masyarakat dewasa ini. Tidak heran jika setiap kita melintas di jalan, mata ini tak pernah absen akan pemandangan took-toko baju yang berjejer memenuhi areal pertokohan. Itu masih dijalan , belum dipasar atau di mall. Bagi kebanyakan orang saat ini,memang  menegeluarkan uang untuk membeli baju mungkin tak butuh waktu untuk menimang-nimang uang karena menurut banyak orang, penampilan merupakan  hal nomor 1 yang harus diperhatikan di era modern ini. Orang rela merogoh kocek berapapun bahkan rela menguras kartu kredit yang bias dibilang masih hutang hanya untuk benda yang memberikan kesenangna sementara itu. Kenapa dianggap kesenangan sementara? Karena begitu mudah bagi orang untuk tertarik pada suatu baju , dan begitu mudah juga mereka akan bosan dan beralih ke mode terbaru. Toko baju tidak hanya satu.. dimana-mana tak lekang oleh pandangan, tak hanya di kota yang tersohor oleh mall-mall yang tiap mall mungkin berisi ratusan stan-stan baju. Bayangkan, itu masih di satu mall.. gimana dengan mall-mall yang lain. Gimana dengan tokoh baju yang ada di pasar tradisional, di butik, distro maupun dipinggir jalan bahkan di online shop yang sekarang ini lagi marak diminati oleh para konsumen?
Pola hidup rekreatif ini membuat masyarakat terbuai akan fantasi sesaat. Ketika mereka sudah bosan dengan baju tersebut, atau bias dibilang ada model baru yang membuat mereka mengalihkan perhatian, dan tidak akan ada titik jenuh untuk memenuhi syahwat dalam berbelanaj baju. Apa sih tujuannya sebenarnya? Prestige? Gengsi? Dengan kata lain hanya ingin terlihat modis, gaul, dan dipuji oleh teman sepergaulan ?  manfaatnya hanya sebatas itu kan? . Apakah pujian bias menambah ilmu kita ? atau mengantarkan kita ke gerbang kesuksesan?  TIDAK.. Pujian hanyalah buaian sesaat yang hadir sebagai penggoda jiwa kita.
Kembali ke judul artikel ini, “ Andai toko buku atau perpustakaan menjamur bak toko baju ? Bisa bayangkan nggak betapa besar faedahnya untuk perkembangan hidup masyarakat ?
masyarakat Indonesia yang notabennya  memiliki minat baca 0,01 % menurut UNESCO pada tahun 2012 merupakan masyarakat yang bias dibilang sangat apatis terhadap eksistensi buku. Padahal menurut Baldrige (1987), manusia modern dituntut untuk membaca tidak kurang dari 840.000 kata per minggu. Buku apapun itu genrenya memiliki power untuk mengembangkan diri si pembaca. Bagaimana tidak, seorang yang membaca , mereka akan mendapatkan pengetahuan baru. Dari pengetahuan itu, mereka akan tahu hal-hal yang belum mereka ketahui sebelumnya, dan dari hal itu juga mereka bias terdorong untuk mengembangkan dirinya di kancah masyarakat sebab mereka sudah memiliki pegangan untuk maju. Dengan membaca , seorang bias menjelajahi dunia tanpa harus mengeluarkan modal untuk akomodasi atau hal teknik lainnya. Malah dengan modal membaca, itu bak tiket pengantar bagi mereka untuk menjelajahi dunia yang sebenarnya.
Andai masyarakat dan juga pemerintah Indonesia lebih peka akan pentingnya kehadiran buku di tengah-tengah masyarakat. Mungkin negara kita akan menjadi Negara cerdas, yang tidak hanya menjadi buruh orang-orang asing. Melainkan, dengan punya ilmu, warga bias mengembangkan dirinya sendiri, bias berprakarsa sediri tanpa harus kesana-kemari mencari pekerjaaan yang mayoritas dikuasai oleh pihak asing.

Dengan menjamurnya toko buku atau perpustakaan umum, saya yakin masyarakat akan tergoda untuk membaca. Dengan kebiasaan ini, Maka Indonesia akan bersinar dengan lahirnya para generasi yang berwawasan luas, yang siap mengolah kekayaan negaranya dengan ilmu yang mereka punya daripada hanya menghabiskan waktu dan uang untuk hal yang berbau rekreatif dan minim manfaat.
Written by Indah K A.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun