Mohon tunggu...
Indah Dwi Rahayu
Indah Dwi Rahayu Mohon Tunggu... Lainnya - Semesta Membaca Tinta yang Tertoreh

If I might share my opinion, this world is hell, and our task is to create our own heaven - Eka Kurniawan, Beauty Is a Wound.

Selanjutnya

Tutup

Money

Made in Indonesia

6 April 2021   13:30 Diperbarui: 6 April 2021   13:42 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: blog.anteraja.id

Industri mampu mengubah dunia, terbukti dari revolusi industri sejak era 1.0 sampai 4.0 yang mengubah cara kerja manusia dari tradisional menjadi digitalisasi. Seiring dengan kehadiran industri, terdapat beberapa negara di dunia yang dijuluki sebagai raksasa industri antara lain Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang, Jerman, India, Korea Selatan, dan Inggris. Lantas, bagaimana dengan Indonesia?

Mendapat predikat sebagai raksasa industri tidaklah mudah. Salah satunya Tiongkok. Negeri Panda tersebut banyak membangun prasarana penunjang, mulai dari membuka industrial estate yang baik, membuka infrastruktur, hingga membagun asrama dengan fasilitas terbaik. 

Selain infrastruktur, Tiongkok juga memiliki peraturan yang memudahkan industri untuk berkembang, dari regulasi inilah yang Negeri Tirai Bambu tersebut mampu mengundang banyak investor. 

Tidak tanggung-tanggung, Presiden Komisaris PT Panasonic Gobel Indonesia, Rahmat Gobel, mengatakan bahwa Tiongkok memberikan lampu hijau untuk investor asing menguasai 100 persen serta adanya kesepakatan mengenai upah karyawan tidak mengalami kenaikan selama lima tahun.

Tidak hanya Rahmat Gobel, mantan wakil presiden Jusuf Kalla sempat mengatakan bahwa industri Indonesia harus belajar dari Tiongkok dan Singapura. 30 tahun lamanya waktu yang diperlukan oleh Tiongkok untuk mengubah merestorasi dari negara agraris menjadi negara industri. Indonesia mau tidak mau harus mengejar raksasa industri lainnya bila ingin lebih berkembang.

Output dari industri manufaktur Tiongkok saja pada bulan Januari hingga Februari 2021 mengalami pertumbuhan sebesar 35,1 persen. Pertumbuhan tersebut lebih cepat dari kenaikan 7,3 persen pada bulan Desember 2020 lalu. Jadi jangan heran ya bila tulisan "Made in China"  merajalela di Indonesia bahkan negara lainnya.

Belajar dari raksasa industri inilah, yang membuat pemerintah terus mendorong sektor atau kawasan industri sebagai penyelamat ekonomi negeri. Dari kawasan industri inilah kita dapat mengolah barang mentah menjadi barang jadi yang bermanfaat. Sumber daya alam Indonesia melimpah, tenaga kerja juga tersedia banyak. 

Selain itu, peluang mendatangkan investasi dari luar negeri dalam bentuk kerjasama juga penting. Ketiga faktor ini membuktikan bahwa Indonesia seharusnya mampu mengembangkan industri yang berdikari. Tidak hanya berdiri di kaki sendiri, namun perlahan dan pasti, paradigma dari negara agraris menjadi industri terwujud.

Inilah tujuan dari pembangunan industri. Negara mampu menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi warga negaranya maupun untuk luar negeri dengan harapan produk-produk lokal mampu bersaing dengan para raksasa industri global.

Ketika muda-mudi Indonesia mampu memimpin industri yang berdikari dan menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas, maka siap-siap saja "Made in Indonesia" turut merajalela di dunia. Benarkah? Bagaimana menurutmu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun