Saat ini, banyak pemberitaan yang beredar bahwa terdapat empat perusahaan BUMN tengah bersatu membentuk tim. Mereka terdiri dari Mining Industry Indonesia (MIND ID), PT Antam TBK, PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero). Mereka bersatu membangun perusahaan induk (holding) yaitu Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk mempercepat pembangunan baterai kendaraan listrik di Indonesia.
Agus Tjahajana selaku Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik menjelaskan bahwa target dari holding tersebut kelak Indonesia dapat menguasai pasar dunia dengan menjadi pemain global baterai kendaraan listrik di tahun 2025 mendatang.
Sementara Pahala Mansury selaku Wakil Menteri BUMN memberikan bocoran bahwa pembentukkan IBC akan rampung pada semester pertama tahun ini. "Kita berharap pembentukan Indonesia Battery Corporation sebagai holding ini bisa dibentuk di semester I tahun ini," ungkap Pahala dalam konferensi pers virtual, Selasa (2/2/2021).
Tim ini tidak berdiri sendirian, mereka telah menemukan tujuh calon mitra dari perusahaan asing untuk membangun baterai listrik tersebut.
Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik, Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan dari tujuh calon perusahaan tersebut yang sudah dilirik Indonesia, yaitu Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL), BYD Auto Co.Ltd, dan Farasis Energy, Inc., dari China. Kemudian, LG Chem Ltd. dan Samsung SDI dari Korea Selatan, Tesla Inc asal Amerika Serikat, dan Panasonic dari Jepang.
Namun dari ketujuhnya, baru tiga perusahaan yang menunjukkan minatnya untuk berinvestasi di Indonesia, antara lain CATL, LG, dan Tesla. Lantas, sudah sejauh mana perkembangannya?
Dilansir dalam bisnis.com, CATL telah menandatangani nota kesepahaman dan kesepakatan awal dengan PT ANTAM Tbk pada Desember 2020. Pada bulan yang sama, LG Chem menandatangani nota kesepahaman dengan pemerintah Indonesia untuk pembangunan pabrik baterai. Total investasi LGÂ mencapai US$9,8 miliar atau setara Rp142 triliun.
Sedangkan Tesla yang juga dinantikan kehadirannya, belum menunjukkan indikasi. Kunjungan Tesla ke Indonesia sempat mengalami dua kali penundaan. Pertama dikarenakan karena Covid-19 yang semakin meningkat di Indonesia. Kedua, adanya pembatasan Warga Negara Asing (WNA) yang masuk ke 'Tanah Air'.
Progres menuju tahun 2025 masih sampai tahap tanda tangan nota kesepahaman dan kesepakatan awal. Kemungkinan yang tidak diinginkan adalah semakin pemerintah mengulur waktu, maka investor akan meragu. Semoga tidak akan terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H