Lelah ya, ternyata?
Lelah sekali.
Lelah sekali "berlarian" selama setahun ini.
Lari, berlari jauh dari diri sendiri.
Semakin jauh, ku rasa.
Jujur, cukup takut, takut hilang arah.
Sebab, belakangan, kudapati diri lakukan hal yang tak pernah terlintas di benak.
Tersenyum di depan yang bikin muak.
Bukan aku, itu.
Rindu hening
Rindu waktu bersama anak-anakku
Rindu aku yang dulu
Ada yang bilang, jika aku jadi yang dulu, masa depan anak-anakku berpengaruh. Benarkah begitu? Aku harus menjadi bukan diriku demi masa depan anak-anakku? Seperti itu kah? Tidak bisakah aku mendapatkan keduanya, ya diriku ya masa depan anak-anakku.
Lelah, lelah sekali.
Kalau boleh berhenti, aku mau, mau sekali.
Mau menikmati waktu jadi hamba, jadi ibu, jadi anak, jadi istri, jadi saudara, jadi sahabat. Itu saja. Â
Soal bagaimana di sekitarku, ku tak peduli. Jika baik, aku akan lebih baik. Jika tidak baik, tak masalah, selama tak mengganggu mereka yang ku cinta.
Namun, beberapa bilang, sudah kepalang tanggung untuk berhenti. Bahkan ada yang bilang sudah terlambat, benih sudah tertanam, kostum dan peralatan sudah lengkap. Tinggal ikhtiar, tawakal, dan doa diperkuat. Ya sudah, mau bagaimana. Terima.
Kelak, semoga pengorbanan ini, berbuah manis. Kalaupun pada akhirnya tak sempat merasakannya nanti, yang terpenting amanah yang Allah titipkan padaku dan suami bisa menikmati buahnya, insyaallah, biiznillah.
Bismillah, aku ridho Ya Allah namun ada syaratnya. Mohon jangan pernah lepas genggaman-Mu agar aku tak berlari ke arah yang salah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H