Mohon tunggu...
Shlaalauyubi
Shlaalauyubi Mohon Tunggu... Penulis - pelajar

penelaah kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hakikat Kita Pantas untuk Merdeka!

4 September 2024   20:26 Diperbarui: 4 September 2024   20:45 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ada sebuah kutipan yang menarik dari buku 'Tititk Ba' yang menyebutkan bahwa "Segalanya adalah satu, utuh tidak terbagi, dan sejatinya tidak ada". Dimana kutipan tersebut merujuk kepada semua hal yang berkaitan disekitar kita dan kehidupan kita sendiri atau bisa di bilang kutipan diatas adalah sebuah devinisi untuk segala hal baik fisik ataupun non-fisik, dan bisa jadi salah satunya adalah tentang hakikat kemerdekaan itu sendiri. 

Jika kita membaca pengertian kemerdekaan itu sendiri yang tertulis dalam KBBI bahwa kemerdekaan diartikan sebagai keadaan (hal) berdiri sendiri (bebas, lepas, tidak terjajah lagi, dan sebagainya); kebebasan: ~ adalah hak segala bangsa. Karena itulah suatu bangsa tertentu tidak akan terbentuk jika tidak ada rasa mengaku bangga dengan apa yang mereka punya sebagai suatu bangsa yang ada dan tinggal di wilayah tertentu.

            Dalam kutipan di atas, ada kalimat yang menyebutkan bahwa "Segalanya adalah satu". Hal ini memungkinkan kita bisa mengartikan bahwasannya suatu bangsa mengharuskan kita untuk bersatu dengan segala macam perbedaan yang ada didalamnya, dan menerima semua toleransi yang diciptakan atas segala perbedaaan yang ada di dalam suatu bangsa untuk kerukunan ditiap perbedaan. Karena hal ini juga sudah ditegaskan dalam Al-Qur'an yang artinya "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (Q.S Al-Hujarat: 13).

Dijelaskan dalam ayat di atas bahwa manusia sendiri sudah Allah ciptakan untuk saling memberikan rasa toleransi terhadap sesama manusia. Akan tetapi, manusia itu sendiri yang memberikan rasa angkuh terhadap diri dan menjadikan diri mereka mengklaim bahwa mereka adalah bangsa, suku, ras, atau kelompok yang superior, sehingga menyebabkan banyak sekali perpecahan yang tercipta akibat keegoisan manusia itu sendiri. Pada akhirnya, manusia sendirilah yang menciptakan perpecahan tersebut. Bahkan ayat di atas juga menjelaskan bahwa mereka yang paling bertakwa kepada Allah-lah yang terbaik di antara setiap manusia yang Allah ciptakan. Maka sejatinya, setiap manusia itu sama; yang membedakannya hanyalah tingkat ketakwaan seorang hamba kepada Tuhan-Nya.

Dan atas dasar-dasar yangtelah di tetapkan kita sebagai bangsa indonesia yang satu tentunya tidak ingin di pecah belah oleh bangsa mana pun dengan alasan apapun, karena kita adalah kita sebagai bangsa Indonesia yang satu. Tentu kebanggaan kita akan tetap sama sebagai bangsa Indonesia yang bahkan jikalau kita berada di luar negeri baik kerja ataupun hanya sekedar berlibur, kita akan tetap rindu tanah air kita, kampung halaman kita seperti dalam pepatah hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri lebih baik di negeri sendiri. Hal ini juga merujuk pada kutipan di atas;"Utuh tidak terbagi" yang dimana hal ini dikuatkan dengan ayat Al-Quran yang artinya "Dan sesungguhnya jika seandainya Kami perintahkan kepada mereka (orang-orang munafik): 'Bunuhlah diri kamu atau keluarlah dari kampung halaman kamu!' niscaya mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka..." (QS. An-Nisa': 66).

            Ayat di atas dengan jelas menggambarkan mengapa kita harus berjuang demi tanah kelahiran kita. Para penjajah di masa lalu tentunya tidak ingin menumpahkan darah mereka di tanah asing, kecuali demi kesenangan duniawi atau untuk merampas kekayaan milik penduduk asli. Oleh karena itu, perjuangan mati-matian para leluhur kita untuk kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia tidaklah sia-sia. Kita pun, sebagai generasi penerus, memiliki kewajiban untuk terus menjaga dan melindungi apa yang telah dikorbankan oleh nenek moyang kita demi negeri ini baik itu tradisi, adat istiadat, dan masih banyak lagi asal tidak melanggar tuntutan agama tertntu terutama ajaran islam.

Dan dalam hakikatnya kemerdekaan yang di maksud Islam itu sendiri ada 4, yaitu: Pertama, merdeka dari hawa nafsu ialah seorang hamba mampu mengendalikan hawa nafsunya sendiri, sebagaima yang ditegaskan imam Syafi'i "Kekayaan yang paling utama adalah akal pikiran, maka hendaknya seorang hamba menggunakan akal pikiran dengan baik agar bisa menuntun hidup ke arah yang benar dan jika akal pikiran kita menang bisa menuntun hawa nafsu, maka manusia itu akan berhasil". Kedua, merdeka dari kebodohan, artinya seorang hamba dikatakan merdeka apabila mereka menuntut ilmu dan melepaskan diri dari kebodohan, yang di tegakan dengan hadits Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam yang berbunyi

yang artinya "Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim" (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir no. 3913). Ketiga, merdeka dari penindasan, tentu sebagai seorang muslim kita pasti tidak ingin saudara kita tertindas atau disakiti oleh orang lain karena itu merupakan sebuah tindakan yang keji, seperti dalam kisah kekejaman Fir'aun kepada kaum Nabi Musa. Dan yang terakhir ke-empat, penghambaan diri kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala, dalam perpektif islam itu sendiri penghambaan diri secara keseluruhan kepada Sang Pencipta adalah sebuah puncak dari kemerdekaan itu sendiri, dan hal ini juga merujuk pada kutipan diawal pada bunyi "dan sejatinya tidak ada" yang bisa diartikan bahwa kita bukanlah siapa-siapa tanpa kehadiran Alloh yang Maha Esa memberika kita segala yang kita minta kepadanya dan apalah kita tanpa kekuasa-Nya.

Dan pada akhirnya, kemerdekaan tidak hanya perihal tentang terbebas dari penjajahan fisik, tetapi juga mencakup kebebasan mental, spiritual, dan sosial. Kemerdekaan sejati adalah ketika kita mampu mengendalikan diri, mengalahkan kebodohan dengan ilmu, melawan penindasan, dan sepenuhnya menghambakan diri kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala. Dengan pemahaman ini, kita dapat mencapai kemerdekaan yang utuh dan tidak terbagi, baik sebagai individu maupun sebagai bangsa yang satu seperti sila ke-3, yaitu 'persatuan Indonesia'.

 Oleh karena itu, kita sebagai bangsa Indonesia harus menjaga kesatuan dan persatuan, serta terus mengingat pentingnya toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan. Dalam dunia yang semakin terhubung, di mana pengaruh luar dapat dengan mudah masuk ke dalam kehidupan kita, penting bagi kita untuk selalu mengingat identitas kita sebagai bangsa yang berdaulat dan merdeka. Dengan demikian, kita dapat terus maju dan berkembang tanpa kehilangan jati diri kita, serta tetap mempertahankan nilai-nilai yang telah membentuk kita sebagai bangsa yang satu, utuh, dan tidak terbagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun