Mohon tunggu...
Inco Harper
Inco Harper Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Anak iklan, WNI, katolik, pluralis, perokok, senang mempelajari budaya timur tengah dan kristen timur, non-partisan dan tetap yakin menggunakan Pancasila sebagai ideologi politiknya. Bercita-cita menunaikan ibadah haji ke tanah suci Yerusalem.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara Jokowi 2012 dan SBY 2004

17 Juli 2012   09:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:52 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

tulisan juga dimuat di http://www.shnews.co/detile-4847-antara-jokowi-2012-dan-sby-2004.html
Kemenangan pasangan Jokowi-Ahok pada putaran pertama Pilkada DKI melawan incumbent Foke-Nara menjadi euforia tersendiri dalam dunia demokrasi nasional.

Walaupun belum ada putusan resmi dari KPUD Jakarta, rata-rata hasil quick count memang memenangkan pasangan Jokowi-Ahok di atas 40 persen – sedangkan Foke-Nara masih di bawah 35 persen. Pasangan lain, masih di bawah 15 persen.

Hal ini menyebabkan Pilkada DKI harus dilanjutkan dengan putaran kedua dengan pasangan Jokowi-Ahok dan Foke-Nara sebagai pesertanya.

Peristiwa ini mengingatkan penulis akan Pilpres 2004 yang juga berlangsung dua putaran – dan seperti kita ketahui posisinya juga mirip yaitu Megawati sebagai incumbent, akhirnya kalah oleh SBY sebagai pendatang baru.

Euforia saat ini mirip dengan kemenangan SBY yang saat itu memang selalu mendapat citra positif dari berbagai media massa. Bagaimanapun, kita harus jujur bahwa media mempunyai peranan yang sangat besar dalam memenangkan SBY pada 2004. Dalam lima tahun, popularitas SBY begitu tinggi dan tidak tersaingi oleh tokoh-tokoh lainnya sehingga akhirnya kembali memenangi Pilpres 2009.

Peran Media
Jokowi yang awalnya adalah tokoh lokal – mau tidak mau harus diakui juga ikut dibesarkan oleh media. Di luar berbagai kesuksesannya memimpin Kota Solo, Jokowi juga kerap menjadi sumber berita yang bernilai tinggi untuk media-media nasional. Sebut saja seperti kasusnya dengan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo dan juga mobil Esemka yang direncanakan sebagai mobil nasional.

Pilpres 2004 dan Pilkada DKI 2012 sama-sama mempunyai banyak kandidat – awalnya sama-sama mempunyai enam kandidat, namun belakangan pasangan Gus Dur-Marwah Daud Ibrahim terganjal masalah kesehatan fisik Gus Dur saat itu. Putaran kedua – baik Pilpres 2004 dan Pilkada DKI 2012 – sama-sama diikuti incumbent dan tokoh yang sedang naik daun – SBY saat itu dan Jokowi kini.

Di mana peran partai politik yang mengusungnya? SBY 2004 dicalonkan oleh Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, Jokowi 2012 dicalonkan PDI Perjuangan dan Partai Gerindra.

SBY 2004 dicalonkan oleh partai-partai yang saat itu bukan partai besar dan juga bukan partai pemenang pemilu, begitu juga Jokowi 2012 dicalonkan oleh bukan partai pemenang di DKI pada Pemilu 2009.
Penulis melihat bahwa partai politik tidak berperan maksimal dan (mungkin) tergantikan oleh ketokohan kandidat. PDI Perjuangan yang pada Pemilu 2004 berada di posisi kedua setelah Partai Golkar tidak mampu memberikan suaranya secara maksimal untuk kemenangan Megawati, namun begitu Partai Demokrat sebagai partai pemenang Pemilu 2009 di DKI punya perolehan suara 35 persen – tidak jauh berbeda dengan angka yang diperoleh Foke-Nara saat ini.

Media mempunyai peran yang sangat vital pada pilkada saat ini di mana Jokowi selalu mendapat sentimen positif, sedangkan Foke mendapatkan sentimen negatif akan kinerja selama masa pemerintahannya.

Di sini penulis melihat bahwa publisitas jauh lebih berperan dalam perilaku memilih ketimbang dengan iklan politik – walaupun penulis melihat bahwa iklan-iklan politik pasangan Foke-Nara dikemas secara kreatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun