Mohon tunggu...
Andi Inci
Andi Inci Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penulis Buku RoleJuggling : Perempuan sebagai Muslimah, Ibu dan Istri. Mahasiswi PhD di Jurusan Farmasi, Universiti Malaya dan tinggal di Kuala Lumpur.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Role Juggling: Gerakan Feminisme dan Perempuan dalam Islam

5 Mei 2014   15:56 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:51 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1399254873730802101

Belum lama ini terbit buku Role Juggling: Perempuan sebagai Muslimah, Istri dan Ibu (Gramedia Pustaka Utama 2013). Ini adalah buku pertama saya. Seperti judulnya, buku sederhana ini berbicara tentang kondisi perempuan yang multi-peran. Yakni, perempuan sebagai pribadi, sebagai istri, dan sebagai ibu sekaligus. Bagaimana menjalankan tiga peran tersebut secara optimal dan maksimal agar sukses dan bahagia di dunia dan akherat. Inilah yang dinamakan Role Juggling.

Pertama, mengenai perempuan sebagai pribadi. Diterangkan seperti apa sebenarnya kedudukan perempuan dalam Islam. Bagaimana agama ini telah memuliakan kaum perempuan dan mengubah statusnya menjadi setara di hadapan Allah sebagai hamba.

Bandingkan dengan zaman pra-Islam, dimana perempuan dianggap sebagai mahluk yang lemah dan tak berguna hinggakan orang tua malu jika melahirkan anak perempuan. Kehadirannya tidak diinginkan hingga anak yang tidak berdosa tersebut harus dikubur hidup-hidup.

Dibelahan dunia lain tidak kalah kejamnya. Zaman Yunani perempuan dianggap rendah, tidak punya hak dan penyebab nasib malang manusia di dunia. Zaman Romawi seorang lelaki boleh membunuh isterinya. Wanita menjadi objek pelacuran dan pornografi.Zaman Babylonia pula, jika seorang lelaki membunuh seseorang, maka hukumannya adalah membunuh isterinya atau saudara perempuannya. Di India pula dikenalTradisi "SATI" : Terbakar hidup - hidup bersama mayat suami sebagai simbol kesetiaan. Begitu pun di Barat dan Eropa dalam kurun tahun 1400 hingga 1700, perempuan dikejar-kejar dan dibunuh karena dianggap pembawa dosa dan mahluk yang menyesatkan.

Hingga kini di Eropa dan Barat umumnya, perempuan masih terus diperlakukan sebagai komoditi. Diiming-imingi ide modern itu hebat tidak terbelakang dan tidak ketinggalan zaman.” Dibombardir dengan konsep kesenangan duniawi yang direpresentasikan oleh 3F (food, fashion, fun). Mengantarkan pada kehidupan hedonistik, yang hanya mengejar kesenangan duniawi tanpa melihat apakah melanggar aturan atau tidak.

Tidak heran jika di Barat kemudian bermunculan pemberontakan perempuan yang menamakan dirinya kaum feminis yang dipelopori oleh Mary Wollstonecraft (1759-1797) lewat tulisannya yang terkenal, A Vindication of the Rights of Women. Hal ini kemudian diikuti oleh rekannya di Eropa hingga Amerika. Ada Clara Zetkin di Jerman, Helena Brion di Prancis, Anna Kuliscioff di Italia, Carmen de Burgos di Spanyol, Alexandra Kollontai di Russia dan Victoria Claflin Woodhull di Amerika. Mereka ini menuntut persamaan hak pendidikan dan politik juga menuntut reformasi hukum dan undang-undang negara supaya lebih adil dan tidak merugikan perempuan.

Jika penggagas feminisme angkatan pertama ini masih dianggap berada dalam rel-rel yang benar, pengikutnya pada dasawarsa terakhir ingin lebih. Ibaratnya sudah dapat hati minta jantung, gerakan feminisme yang ini malah kebablasan. Gerakan feminisme dari golongan ini yang dikenal feminisme radikal malah bersikap keterlaluan dengan mengutuk system patriarki, mencemooh perkawinan, anti laki-laki yang mengakibatkan suburnya lesbianisme dan revolusi seks serta penghalalan aborsi. Feminisme kebablasan ini telah dianggap sebagai penodaan terhadap perjuangan kaum feminisme sebelumnya.

Singkat cerita, feminisme dikritik. Mereka saling menuding dan menyalahkan. Intinya gerakan feminisme dianggap merusak sendi-sendi masyarakat dan menghancurkan nilai-nilai keluarga. Akhirnya muncul kembali kesadaran untuk menyeru kaum perempuan untuk kembali ke pangkal jalan. Gerakan ini disebut gerakan anti-tesis. Gerakan ini beraggapan bahwa feminisme hanya akan menyengsarakan kaum wanita. Mereka juga mengatakan bahwa hubungan antara lelaki dan perempuan harus dipandang dalam perspektif kerjasama dan hubungan timbal balik. Karena itu lelaki dan perempuan harus saling menopang dan bahu membahu membangun keluarga, bangsa dan negara, saling melengkapi, saling mengisi, dan saling menghargai satu sama lain (Tentang Feminisme baca selengkapnya dalam buku Orientalis & Diabolisme Pemikiran karya Dr. Syamsuddin Arif).

Bagaimana dengan kita perempuan Islam? Perempuan Islam harus bersyukur karena kedatangan Islam itu sendiri adalah gerakan ‘emansipasi perempuan’ dalam sejarah peradaban manusia. Kedatangan Islam telah mengangkat derajat wanita terhormat dengan prinsip bahwa “Surga ada ditelapak kaki ibu” (HR. Qoda’y dari Annas r.a). Menghapuskan selama-lamanya segala bentuk praktek-praktek jahiliyah yang melecehkan dan menyengsarakan kaum perempuan. Kaum perempuan turut dijanjikan surga atas ketakwaannya, kehormatan yang dijaga dan garis keturunannya. Setiap anak diperintahkan untuk berbuat baik kepada orang tuanya terutama ibu (QS. Lukman: 14). Islam juga menyatakan persamaan antara laki-laki dan perempuan (QS. Al Hadid: 12&8, At-Taubah: 71-72, An Nisaa: 124, An-Nahl:97, Al-Mukmin:40, Al-Fath:5). Juga turut dibahas dibanyak hadist betapa Islam mendorong ummatnya untuk menyayangi wanita.

Apa yang ingin saya tekankan pada pembahasan ‘Perempuan dalam Islam’ ini adalah bahwa sebagai perempuan Islam sepantasnyalah jika kita bersyukur dengan nikmat iman dan Islam ini. Salah satu bentuk rasa syukur itu adalah mengikuti segala aturan yang ditetapkan oleh Maha Pencipta dan pembawa risalah ini dengan berpegang teguh kepada Al Qur’an dan hadist.

Pada segmen Perempuan sebagai Muslimah turut dibahas kepribadian Muslimah sholehah, Pakaian Muslimah, dan lain sebagainya. Pada segmen perempuan sebagai istri penulis mengangkat tema-tema seperti profil istri-istri Rasulullah SAW, sebagai cerminan dari sifat kesetiaan, kelembutan, pengabdian, kasih sayang, kebaikan dan kecerdasan. Kisah Istri Sholehah hingga pembahasan tentang menyikapi poligami turut dibahas.

Sedangkan pada segmen perempuan sebagai ibu, banyak dibahas seputar bagaimana menjadi ibu professional yang melahirkan anak-anak yang sehat, kuat, cerdas dan sholeh yang kelak akan menjadi generasi Robbani. Generasi yang dicintai oleh Allah SWT yang mewujudkan terciptanya Rahmatan Lil Alamin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun