Di Indonesia, stroke bukan hanya sekadar masalah kesehatan, ia memiliki peran sebagai penyebab utama kecacatan dan kematian, dengan angka sebesar 11,2% dari total kecacatan dan 18,5% dari total kematian (Survei Kesehatan Indonesia 2023). Penyakit mematikan ini terjadi akibat adanya gumpalan darah pada pembuluh darah di otak, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah tersebut. Faktor-faktor seperti tekanan darah tinggi, kadar kolestrol yang tinggi, penggunaan obat pengencer darah, aneurisma otak, dan trauma pada otak adalah pemicu yang mengundang penyakit ini. Akibatnya, pasien mengalami kelemahan pada salah satu sisi tubuh, termasuk otot-otot wajah yang lemah sehingga wajah terlihat turun di satu sisi, gangguan keseimbangan, gangguan pola berjalan, kesulitan berbicara, dan gangguan kemampuan fungsional serta aktivitas sehari-hari.
Lalu bisakah pasien pulih dari penyakit stroke ? Ya, tentu bisa. Menurut buku “Stroke: panduan bergambar tentang pencegahan dan pemulihan stroke” yang ditulis oleh Valery L. Feigin mengatakan bahwa sekitar 1/3 pasien stroke dapat pulih jika pasien selalu mendapat terapi darurat dan rehabilitasi dini yang memadai. Dalam proses pemulihan ini, rehabilitasi medik memegang peran penting karena memberikan dukungan yang diperlukan bagi pasien untuk memulihkan fungsi dan mobilitas tubuh mereka. Rentang waktu pemulihan pasca stroke berkisar antara tiga bulan hingga dua tahun, tergantung pada tingkat keparahan stroke tersebut.
Efek penyakit stroke ini beragam, sehingga pendekatan program terapi pun tidak seragam dari satu individu ke individu lainnya. Tahapan dan perkembangan proses pemulihan bagi penderita stroke bisa sangat berbeda untuk tiap individunya, karena proses rehabilitasi ini akan disesuaikan dengan gejala dan tingkat keparahan kondisi pasien. Pemulihan bagi penderita stroke umumnya melibatkan beberapa tahapan berikut :
- Terapi Wicara Terapi ini sangat membantu bagi pasien yang mengalami gangguan bicara untuk membantu memperbaiki komunikasi verbal.
- Terapi Fisik Terapi fisik memiliki peran penting dalam pemulihan pasca stroke dengan latihan rutin yang bertujuan untuk memulihkan kemampuan motoric, kekuatan, dan keseimbangan pasien. Latihan dalam terapi fisik dapat mencakup berjalan, berdiri, dan gerakan tangan yang sering dilakukan untuk membantu pasien mendapatkan kembali fungsi-fungsi tubuh seperti sebelum mengalami stroke.
- Terapi Okupasi Terapi okupasi fokus pada pengembalian atau peningkatan kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari, seperti makan, berpakaian, mandi, dan mengelola tugas-tugas rumah tangga.
- Terapi Kognitif dan Psikologis Stroke kerap kali menimbulkan gangguan kognitif yang mempengaruhi memori dan kemampuan konsentrasi pasien. Untuk mengatasi masalah ini, terapi kognitif dirancang sebagai upaya guna memperbaiki mental pasien. Selain itu, bantuan psikologis juga disediakan secara khusus untuk membantu pasien dalam menghadapi stress, mengurangi rasa depresi, dan meredakan kecemasan yang seringkali muncul selama proses rehabilitasi pasca stroke.
Periode pemulihan pasca-stroke dapat bervariasi, dengan jangka waktu yang berkisar 3 bulan hingga 2 tahun, tergantung pada berbagai faktor termasuk tingkat keparahan stroke dan respons pasien terhadap rehabilitasi. Penting untuk diingat bahwa setiap detik sangat berharga dalam penanganan stroke. Semakin cepat pasien menerima perawatan darurat dan memulai rehabilitasi, semakin besar peluang mereka untuk pulih dan memperoleh kembali kemandirian mereka. Dengan pemahaman yang mendalam dan dukungan kuat dari keluarga, tenaga kesehatan, serta masyarakat, penderita stroke memiliki kesempatan yang lebih baik untuk melanjutkan sebuah kehidupan yang produktif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H