Hingga dalam sakit pun selama hidupmu  engkau tak menyusahkan anak-anakmu
Justru kami anak-anakmu yang belum  renta, berkeluh-kesah bak  badan yang tlah lansia
Seolah sebagai isyarat bahwa kami sudah tak berdaya
Hingga ingin dimaklumi jika tak sepenuhnya bisa menjaga
Kami juga harus bertarung dengan waktu dan urusan
Berebut kesempatan dengan dalih setumpuk kesibukan
Padahal kami hanya menajamkan keegoisan
Keinginan pribadi dikedepankan
Hingga kemudian engkau menyadarkan kami bahwa hatimu pun butuh dipapah
Tubuhmu memberikan sinyal bahwa engkau telah lelah
Sendiri menengadah
Bersujud di atas sajadah
Rabu, hari yang sama dengan kepergian ayah
Dua belas, tanggal yang sama dengan kepulangan ayah
Keharibaan Illahi, tempat kembali yang sama pula dengan ayah
Ibu, maafkan kami yang tak peka
Yang telah melalaikan dirimu hingga menua
Menyia-nyiakan kesempatan selagi ada
Membiarkan kebersamaan berlalu tanpa makna
Hingga pilihan syurga di depan mata berlalu sia-sia
Semoga masih ada harapan
Untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan
Kehidupan abadi yang bukan angan
Di mana harapan menjadi kenyataan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI