"Bu, Â gigiku sakit sepertinya gusinya juga bengkak. Duh, Â aku nggak mau kalau sampai bengkak seperti bakso." Keluh Fikri sulungku saat hendak kembali ke tempat kos. Besok akan ada rapat di kampusnya.
Jadi ingat syair lagu "Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati ini...biar tak mengapa..rela-rela, Â rela aku rela....". Tapi ternyata ketika giginya benar-benar sakit malah bilang lebih baik sakit hati daripada sakit gigi.
 Ungkapan di atas menunjukkan betapa sakit gigi itu sangat dahsyat. Bukan hanya terasa cenut-cenut,  kepala cekot-cekot,  tapi juga demam, terganggu mendengar suara keras.  Masih ditambah lagi ingin makan tapi tak bisa karena mulut sakit untuk mengunyah. Jadi terpaksa menahan lapar.
Kalau sudah merasakan seperti itu menyesal rasanya tak memperhatikan perawatan gigi sebelum sakit. Bagi yang tidak sakit gigi hanya turut prihatin, tapi tetap tidak berubah perlakukannya terhadap kesehatan gigi.
Keluhan sakit gigi biasanya disebabkan oleh gigi yang berlubang (karies)  atau karena gusi yang membengkak. Namun,  jika sudah terasa sakit agak  sulit membedakannya. Apalagi jika lubang gigi masih sangat kecil,  belum terlalu tampak.
Menurut penjelasan tenaga medis saat saya membersihkan karang gigi (scalling), munculnya lubang gigi atau karies disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor gigi dan suliva (air ludah), Â faktor kuman dalam rongga mulut, Â dan faktor jenis makanan yang dikonsumsi serta faktor waktu.
 Keempat faktor itu di dalam rongga mulut akan saling mempengaruhi sehingga terjadilah pengikisan mineral pada permukaan email. Email itu merupakan lapisan gigi terluar. Jika pengikisan ini terus terjadi lama kelamaan akan menimbulkan lubang. Dan jika dibiarkan lubang itu lama kelamaan akan membesar.
Petugas medis itu juga berpesan sebelum saya pamit pulang, agar menyikat gigi dengan benar. Menyikat gigi dianjurkan minimal 2 kali sehari yaitu setelah makan dan sebelum tidur. Kedua waktu tersebut adalah saat yang tepat untuk mencegah terjadinya plak. Plak itu adalah lapisan gigi yang mengandung sisa-sisa makanan dan bakteri. Ini pun bisa menyebabkan gigi berlubang.
Membiasakan rutin ke dokter gigi juga menjadi salah satu upaya pencegahan gigi berlubang. Ini juga akan lebih menghemat biaya ketimbang jika sakit giginya sudah pan lebih banyak biaya. Mencegah lebih baik, jangan menunggu sakit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H