Mohon tunggu...
Inayah Ainun
Inayah Ainun Mohon Tunggu... -

Sedang menuntut ilmu di UIN Jakarta Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Perluasan Kosa Kata

14 April 2015   06:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:08 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

LAPORAN BACAAN

Perluasan Kosa Kata dalam Diksi dan Gaya Bahasa, cetakan kesebelas, oleh Gorys Keraf, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2000. Hlm 51, 132.

Laporan bacaan oleh Maftukhatul Inayah, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.PENDAHULUAN

Berkomunikasi adalah hal yang sangat vital dalam kehidupan seseorang. Entah ia bisa berbicara dengan normal ataupun tidak semua orang butuh berkomunikasi. Bahkan seorang yang tunanetra, tunarungu bahkan tunawicara semuanya butuh berkomunikasi. Tetapi, komunikasi bisa terjalin dengan baik apabila seorang mempunyai kosa kata yang luas dan baik pula. Kosa kata yang dimiliki oleh seorang anak dengan orang yang sudah dewasa tentu saja berbeda. Seiring berjalannya waktu, kosa kata yang dimiliki seorang anak akan terus berkembang hingga dia beranjak dewasa seiring dengan apa yang ia baca, pelajari, dan dengan siapa saja ia bergaul. Faktor itulah yang akan memengaruhi luasnya kosa kata seseorang. Melalui kosa kata kita dapat membedakan antara ucapan orang yang berilmu dan tak berilmu dan juga melalui kosa kata kita bisa melihat apa yang ada dipikiran seseorang. Karena kosa kata yang keluar dari mulut seseorang berasal dari pikirannya.

1.ISI BACAAN

Dalam buku Diksi dan Gaya Bahasa Bab IV dijelaskan tentang perluasan kosa kata. Pada bab ini terdapat empat aspek yang menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan perluasan kosa kata. Aspek pertama pendahuluan, aspek kedua tingkatan perluasan kosa kata, aspek ketiga cara memperluasan kosa kata, dan aspek keempat mengaktifkan kosa kata.

Aspek pertama penulis memaparkan tentang pendahuluan. Yang berisi tentang bagaimanaseseorang dapat menguasai kosa kata. Seseorang dapat mempelajari kosa kata sejak kecil karena kosa kata tidak dibatasi dan terus berkembang seiring bertambahnya usia. Lain halnya dengan kaidah-kaidah tata bahasa yang dibatasi hanya melalui pola-pola kalimat orang dewasa.

Aspek kedua menjelaskan tentang tingkat perluasan kosa kata. Tingkat perluasan kosa kata dibagi menjadi tiga bagian. Yaitu:masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Perluasan kosa kata pada anak-anak lebih ditekankan kepada kosa kata. Pada masa ini, cara perluasan kosa kata dengan sesuatu yang dilihat dan didengar di sekitarnya. Bila anak-anak melupakan nama dari apa yang dilihat atauyang didengar ia akan segera menanyakannya. Masa remaja adalah masa di mana seorang anak memperluas kosa kata tidak hanya dengan apa yang dilihat dan didengarnya, tetapi ditambah dengan proses yang sengaja diadakan yaitu proses belajar dan mulai mengenal lingkungan sekitar.Masa dewasa adalah masa di mana kedua proses perluasan kosa kata itu tetap berjalan namun dilanjutkan dengan pendidikan di perguruan tinggi. Yang mengintensifkan pengetahuan seorang dalam bidang pengetahuan tertentu. Khususnya menyangkut persoalan-persoalan yang lebih abstrak. Dari uraian di atas disimpulkan bahwa sebagian besar waktu hidup seorang dipergunakan untuk bertukar pikiran atau berkomunikasi dengan orang lain. Sehingga membuat pembendaharaan kosa kata semakin luas.

Aspek ketiga menjelaskan tentang cara memperluas kosakata. Aspek ini dapat dikemukakan melalui proses belajar, melalui konteks, melalui kamus, kamus sinonim dan tesaurus, dan dengan menganalisa kata-kata. Dalam proses belajar, cara memperluas kosa kata dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan. Para pendidik memperkenalkan bermacam-macam istilah yang baru dalam pelajaran bahasa dan mata pelajaran lainnya. Istilah itu harus diberikan bersama uraian gagasan yang tepat. Konteks adalah lingkungan yang dimasuki sebuah kata. Kosa kata diperluas melalui sebuah konteks. Baik lisan maupun tulisan. Konteks dapat membuat perbedaan pengertian yang sangat mencolok. Bahkan kombinasi yang sama menghasilkan makna yang berbeda.

Contohnya:

Saya bisa membaca.

Ia menelan bisa ular itu.

Roman orang itu masih terbayang dalam ingatan saya.

Ia telah menyelesaikan roman itu dalam sehari.

Dari contoh-contoh di atas tampak jelas bahwa konteks sangat banyak membantu menetapkan arti sebuah kata.Proses yang terjadi berulang kali itu lambat laun memperbanyak kosa kata yang tertera dalam ingatan kita. Semuanya bersama-sama membentuk pembendaharaan kata atau kosa kata.Terkadang dirasa bahwa sebuah konteks sangat membingungkan.

Misalnya:

Bisa ular bisa membunuh orang.

Tambang kapal tambang itu putus semua.

Tanggal dua gigi saya tanggal dua.

Contoh-contoh di atas agak membingungkan karenabersifat ambivalens. Konteks yang lebih luas barangkali dapat juga membantu kita memecahkan ambigunya. Bagaimanapun juga, memperluas kosa kata melalui konteks merupakan sebuah cara yang terbaik dalam memperluas kosa kata.

Ada tiga macam buku referensi yang khusus disusun untuk membantu tiap orang untuk memperluas pengetahuan kosa katanya. Referensi itu adalah: kamus, kamus sinonim, dan tesaurus. Dalam bab sebelumnya sudah dijelaskan tentang kamus. Kamus berfungsi untuuk mencari kata baru yang baru kita jumpai, atau kata lama dalam konteks baru maka kaamus sudah siap untuk meperbaiki atau membenarkan dugaan kita tersebut. Kamus sinonim berfungsi sebagai sebuah pelengkap bagi kamus biasa. Nilainya terletak dalam usahanya untuk membeda-bedakan konotasi-konotasi, yaitu sugesti-sugesti yang ditimbulkan oleh kata-kata yang tampaknya mempunyai arti yang sama, tetapi tidak dapat saling melengkapi. Misalnya: buku-kitab, cepat-lekas-segera, kikir-pelit, dan sebagainya. Tesaurus adalah sebuah khasanah kata untuk keperluan sendiri. Buku ini disusun menurut sistem tertentu, terdiri dari gagasan-gagasan yang memppunyai pertalian timbal balik, sehingga pemakai dapat memilih istilah atau kata yang ada di dalamnya. Orang yang pertama kali menyusun tesaurus adalah Peter Mark Roget, seorang ahli fisika bangsa Inggris (1777-1869). Namun sayangnya, dalam bahasa Indonesia belum ada teasurus. Bagi orang yang sudah luas kosa katanya, tesaurus merupakan buku yang sangat berguna. Namun bagi orang yang masih miskin pembendaharaan katanya, ada dua maacam kesulitan: pertama, sistem penyusunan yang rumit, kedua bahaya untuk memilih kata yang tidak cocok.

Cara lain untuk memperluas kosakata adalah dengan menganalisa sebuah kata. Pada bagian ini, penulis menjelaskan analisa terhadap bagian-bagian kata yang selalumuncul dalam benmtuk-bentuk gabungan, sehingga dengan mengingat dasaranya, maka semua kataa yang mempergunakan dasar tadi, dapat diduga maknanya secara tepat. Dalam bahasa Indonesia mengenal pula konsep akar kata prefiks atau imbuhan.

1.AkarKata
a. Dari Bahasa Yunani

Dalam menyusun atau membentuk konsep-konsep ilmiah baru, para ilmuwan sering mempergunakan akar-akar kata dalam bahasa Yunani yang sudah sangat terkenal. Akar-akar kata dari bahasa Yunani yang sering digunakan untuk maksud tersebut adalah:

gen (kelahiran, keturunan): genealogi, genesis, genetika, homogen, heterogen.
hydr (air): hidrogen, hidrofobia, hidrodinamik, hidraulik, hidrofoil, hidroskop, hidroterapi, hidrotermal.

phobia (takut) : ksenofobia (takut akan orang asing), hidrofobia.

b. Dari Bahasa Latin

Akar kata dari bahasa Latin yang sering dipakai dalam pembentukan kata baru adalah :
amare (cinta, sayang) : amatir, amoris, amor, amaturisme.

bene (baik): benefit (maslahat), benefaktor, benevolens.

scrib- script-(menulis) : skripsi, inskripsi, transkipsi, manuskrip, deskripsi.

2.Prefiks

Prefiks bahasa Yunani dan Latin sering pula dipergunakan untuk membentuk kata-kata atau istilah-istilah baru. Prefiks yang sering digunakan adalah:

a. Dari Bahasa Yunani

tele- (jauh): televisi, telepati, telegraf, telepon, teleskop, telefoto, telelens, teletip, teleks, telemeter.

di- (dis ‘dua kali’ biasanya dipakai dalam kimia): diacid, dichlorida. Dioxida, carbondioksida, dan lain lain.

para- (melindungi dari): parachut, parasol.

b. Dari Bahasa Latin

extra- ( di luar): ekstrakurikuler, ekstranei, ekstraparlementer, ekstramural, ekstrateritorial, ekstraorbital.

trans- (seberang, lewat):transisi, transport, transportasi, transkripsi, transfer, transfusi,

transmisi, transmigrasi, dan lain-lain.

uni- (satu): uniform, unifikasi, unilateral, uniformitas, unitarisme, universal, universitas.

c. Dari Bahasa Indonesia

serba (dipakai dengan arti semua): serba baru, serba putih, serba salah, serba guna, serba bisa.

tuna- (dipakai dengan arti kehilangan sesuatu, ketiadaan sesuatu): tunakarya, tunawisma, tunanetra, tunatertib, tunarungu.

maha- (dengan arti besar atau agung): mahakuasa, mahaadil, mahamurah, mahamulia, mahatinggi, mahasiswa, mahaputra, dan lain-lain.

Penetapan makna dengan menganalisa kata-kata jadian seperti diuraikan di atas, hanya dapat berlangsung dengan sempurna, kalau kita mengetahui dengan tepat mana akar katanya, mana imbuhannya, serta , makna yang terkandung dalam masing-masing unsur itu.

Aspek keempat menjelaskan tentang cara mengaktifkan kosa kata. Aspek ini terdiri dari dua bagian, yang pertama penguasaan bahasa secara aktif dan yang kedua penguasaan kosa kata secara pasif. Penguasaanbahasa secara aktif dan pasif itu diukur berdasarkan kata-kata aktif dan kata-kata pasif yang dimuliki seseorang. Yang dimaksud dengan kata-kata aktif adalah kata-kata yang sering dipergunakan seseorang dalam berbicara atau menulis. Sebaliknya kata-kata pasif adalah kata yang dapat dikatakan hampir tidak dapat digunakan oleh seseorang, tetapi akan menimbulkan reaksi-bahasa bila didengar atau dibaca oleh orang tadi. Antara kedua ekstrim tadi terdapat kata-kata yang boleh dikatakan bersifat setengah aktif dan setengah pasif. Artinya, ia bisa mempergunakannya, namun harus dipikirkan setengah mati dengan penuh kesulitan. Terkadang betapa sulitnya bagi kita, bila kita harus mengutarakan pikiran kita dalam bahasa yang sama. Gejala inilah yang dinamakan penguasaan bahasa pasif, artinya dapat memahami tetapi tidak mampu membuat orang lain memahami kita. Sebab itu, persoalan kata-kata aktif atau lebih jauh persoalan mengaktifkan kosa kata seseorang adalah proses yang diperlukan untuk mengubah keadaan yang pasif dalam penguasaan kata menjadi kata-kata yang diperlukan sehari-hari dalam pergaulan.

Cara mengaktifkan kosa kata dapat dilakukan melaluidua cara, yaitu: pertama, di luar kemauan seseorang, dan kedua dengan kemauan seseorang. Proses yang terjadi di luar kemampuan seseorang terjadi bila orang lain itu secara terus-menerus mendengarkan atau membaca sebuah kata yang baru, proses ini biasanya terjadi di dalam dunia pendidikan. Sebuah istilah akan dipergunakan berulang-kali sehingga kata itu akhirnya menjadi hidup dan aktif dalam ingatan anak didik dan dipergunakan secara aktif oleh murid-murid atau anak didik. Sebaliknya proses yang disengaja adalah bila seseorang dengan sadar ingin menggunakan suatu kata yang baru secara terus-menerus. Beberapa metode dapat dikembangkan melalui cara yang kedua ini yaitu dengan lebih sering mempergunkan kata tertentu. Munculnya sebuah kata dalam konteks haruslah merupakan suatu peristiwa yang khas. Betapapun meterengnya kata itu, tidak akan efektif kalau digunakan dalam kesempatan yang tidak cocok. Memperbesar kosa kata bukan sekedar memiliki kata-kata itu dan mempergunakannya sesuka hati, tetapi menguasai kata-kata itu dan mempergunakannya secara tepat untuk mewakili gagasan-gagasan dalam kesempatan dan konteks yang cocok. Selain itu untuk memperbesar jumlah kata yang aktif adalah dengan mempertajam pengertian kata-kata tertentu, dengan membedakan nuansa arti yang didukung masing-masing, misalnya : penelitian, pengamatan, penyidikan dan lain-lain. Kesanggupan untuk membedakan nuansa arti dan nilai rasa yang dikandung oleh kata-kata tersebut, memungkinkan kita untuk menempatkan kata-kata itu dalam konteks yang tepat dan sesuai. Alat yang dipergunakan dalam metode ini adalah kamus sinonim atau tesaurus dan kamus umum. Metode ketiga yaitu menertibkan diri sendiri untuk mencari kata-kata yang khas. Usaha untuk menemukan kata-kata yang khas ini memaksa kita untuk menemukan kata-kata yang bersinonim dari kosa kata kita, lalu menetapkan kata-kata mana yang paling cocok untuk peristiwa atau persoalan yang khas.

3.KOMENTAR

Setelah membaca buku Diksi dan Gaya Bahasa bab IV saya dapat berkomentar bahwa kosa kata mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kosa kata dapat berkembang sejak kecil, remaja, dan dewasa. Kosa kata dapat diperluas dengan cara belajar, dan memperbanyak kosa kata dengan membuka kamus, kamus sinonim dan juga tesaurus. Sebagai seorang mahasiswa kita dituntut untuk mempunyai pembendaharaan kata yang sangat luas. Salah satu cara yang sangat mudah adalah dengan cara membaca buku, baik buku pelajaran maupun karya sastra dan karya ilmiah. Tidak cukup itu saja, kita bisa juga membaca koran selain untuk menemukan kosa kata yang populer pada saat ini, dari koran kita juga bisa mendapatkan informasi yang baru.

Sebagai mahasiswa penting bagi kita mempunyai kosa kata yang luas dan banyak. Karena wajib bagi mahasiswa untuk produktif menulis karya-karya ilmiah maupun non ilmiah. Dan tidak mungkin ketika kita menulis sebuah karya hanya mempunyai kosa kata yang sempit. Maka itu akan menyebabkan kita kesulitan untuk menemukan pasangan kata yang pas dalam menyusun sebuah kalimat dan akan membuat karya tulis kita menjadi karya tulis tak layak baca bagi khalayak ramai.

DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys. 2000. “Diksi dan Gaya Bahasa”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun