Mohon tunggu...
Inaya Devi
Inaya Devi Mohon Tunggu... -

saya lahir di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Meminta Maaf Dapat Mengubah Kemarahan Menjadi Keramahan

16 Januari 2011   08:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:32 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ini terjadi beberapa tahun silam, ketika saya membuat kekeliruan atau kesalahan ditempat saya bekerja. Sebenarnya hal itu bukan sepenuhnya kesalahan saya secara langsung, tapi kesalahan yg dibuat oleh anak buah saya, oleh sebab itu sayalah yg harus bertanggung jawab kepada pimpinan yg lebih tinggi. Ketika sedang melamun begitu, telpon berdering. Saya diminta nmenghadap bos. Beliau bertanyaa dengan nada marah, kenapa bisa terjadi kesalahan itu. Sebelum saya menjelaskan secara rinci kejadian itu, terlebih dulu saya meminta maaf atas semua kejadian , dan siap siap menanggung resiko apapun dengan sanksi apapun. Tiba-tiba secara ajaib, wajah bos berubah menjadi sangat teduh dan mulai manggut-manggut. Saya ceritakan semua kejadian dengan jelas tanpa menyalahkan siapapun, termasuk anak buah saya, karena anak buah saya sudah menjelaskan semua masalahnya.

Beliau makin manggut-manggut sambil mengusap-usap janggut, meskipun janggutnya sediikit. Suasananya benar-benar menyenangkan. Akhirnya sang bos berkata," Ya sudah, lain kali harus lebih hati-hati." Sambil berkata begitu, beliau menarik laci, dan mengeluarkan amplop putih agak tebal. Wah, saya pikir ini surat peringatan pertama. Dia menyerahkan amplop putih kepada saya sambil tersenyum dan berkata," Ada rejeki sedikit nih buat kamu, jangan dipake macem-macem ya". Saya kaget, dan tentu saja mengambil amplop itu sambil malu-malu dan mengucapakn terima kasih. Sebelum saya pamit, beliau ngomong lagi," O iya, bulan depan ada peluncuran kapal ke Jerman, siapkan paspor ya. Paspor kamu masih hidup kan ?" Saya menjawab sambil girang, "Masih Pak, kan belum lama ini saya baru pulang dari Washington"

Saya meninggalkan ruangan bos dengan langkah ringan. Teman-teman saya bertanya, "Diapain sama bos tadi, d marahain ya?". Sambil senyum saya bilang,"Ngga di apa-apa-in, dikasih duit sama bos dan disuruh ke luar negri lagi bulan depan...he he he".

Itulah sepenggal cerita, bahwa meminta maaf bisa mengubah memarahan jadi keramahan. Itu benar benar terjadi, bukan dikarang-karang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun