Dimulai dari sekedar isapan jempol seperti dalam film-film fiksi ilmiah, kecerdasan buatan (AI) kini telah menjadi bagian dalam kehidupan kita sehari-hari. Penyaring konten negatif dalam dunia maya, prediksi di mesin pencarian, sugesti pemilihan aplikasi dalam Goolge Play Store, sampai Cortana dan Alexa adalah beberapa contoh dari penggunaan AI di kehidupan kita sehari-hari. Meskipun masih butuh waktu bertahun-tahun untuk menikmati tekn
Dalam bidang kesehatan, AI mampu untuk menganalisis data pasien, sehingga dapat memutuskan pengobatan dan bagaimana tindakan medis yang akan dilakukan secara tepat. Contohnya situs cekmata.com yang dapat mendeteksi dini keberadaan katarak dengan cara memotret mata. Hasilnya dapat digunakan untuk pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut di klinik atau dokter mata.
AI dapat digunakan sebagai Expert System dalam dunia bisnis. Mulai dari memprediksi tren sampai membantu manajemen puncak dalam mengambil keputusan. Data dan informasi yang diterima AI secara berkesinambungan telah membentuk pola. Karena itu, AI juga dapat mendeteksi pola yang tidak wajar. Hal ini membuat AI dapat membantu meminimalisir kesalahan yang terjadi, seperti memberi peringatan tentang aktivitas yang mencurigakan. Tak hanya itu, AI dalam dunia bisnis dapat dilatih untuk meneliti calon pembeli tentang preferensi belanja dari pola unik yang ia miliki.
Disamping efek positif penerapan AI tersebut, terdapat potensi negatif yang mengiringinya. AI sangat berpotensi untuk disalahgunakan oleh penjahat siber. Seperti melakukan peretasan, membuat mobil tanpa awak kecelakaan, dan mengubah pesawat tanpa awak menjadi senjata.
Hal ini karena AI memiliki kemampuan yang luar biasa dalam mempelajari data-data dan informasi, tetapi AI belum dapat mereplikasi akal budi, yang
AI adalah evolusi manusia karena sekarang AI memang hanya sebuah kecerdasan. Tetapi, para ilmuwan saat ini sedang berusaha mengembangkan dan meneliti berbagai algoritma budi pekerti yang dapat ditanamkan pada kecerdasan buatan. Jika AI benar-benar memiliki akal budi, maka AI pantas dijuluki sebagai “manusia”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H