Mohon tunggu...
Inayat
Inayat Mohon Tunggu... Swasta - Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Hobby menulis hal hal yang bersifat motivasi

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Kematian Bocah Ahmad 9 Tahun Akibat Gizi Buruk Menjadi Tamparan Keras

28 Januari 2025   07:50 Diperbarui: 28 Januari 2025   09:20 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kematian Bocah Ahmad 9 Tahun Akibat Gizi Buruk Menjadi Tamparan Keras

Bogor

Orang miskin dilarang sakit" istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi dimana masyarakat miskin termarjinalkan hingga  sulit mengakses layanan kesehatan, hal ini mungkin saja terjadi karena  biaya perawatan RS , obat-obatan yang relative masih dianggap mahal, dan pemeriksaan medis yang tinggi, serta keterbatasan fasilitas kesehatan yang masih terbatas, namun istiah ini seharusnya sudah tidak relevan lagi untuk digaungkan terlebih saat Pemerintah sudah menggeluarkan berbagai  kebijakan tentang pelayanan kesehatan melalui program antara lain Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan program asuransi sosial yang dijalankan dengan prinsip gotong royong adanya program JKN, masyarakat miskin seharusnya tidak lagi takut untuk berobat ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, karena program ini juga  membantu mengurangi beban biaya kesehatan masyarakat.

Liputan6.com
Liputan6.com

ANTARA
ANTARA
News


Namun demikian dengan pelayanan kesehatan yang prima dari Pemerintah untuk masyarakat miskin menjadi buyar, saat pagi hari seruput kopi panas sambil membaca berita tentang kematian bocah akibat gizi buruk  rasanya kepala bak disambar petir disiang hari bolong saat pikiran focus membaca media online, maupun media lainnya  yang memberitakan tentang kasus kematian seorang bocah usia 9 tahun bernama Ahmad warga kampung Somang Desa Parung Panjang Kecamatan Parung Panjang,  Kabupaten Bogor, Jawa Barat  meninggal dunia di RSUD Tangerang Banten  karena mengalami gizi buruk kejadian ini terdengar sangat miris,  mungkin bukan soal kematiannya yang mendapatkan perhatian khusus dari publik  tetapi soal penyebab kematian yang diakibatkan karena  gizi buruk yang dialami bocah tersebut mengapa demikian  ? karena disaat Pemerintah sedang gencar-gencarnya memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat melalui program stunting, namun saat kematian bocah Ahmad karena diakibatkan  gizi buruk, namun sayang   lagi-lagi selalu saja yang  soroti adalah soal kondisi orang tuanya yang tidak punya pekerjaan tetap, tidak memiliki biaya untyk berobat menjadi  kendala terbesar untuk bocah Ahmad bisa pulih hingga bisa bermain layaknya usia anak sebaya, namun apa mau dikata tubuh Ahmad yang terlihat sangat kurus seperti penderita gizi buruk pada umumnya, sayang sekali pasangan suami istri ini bernama Jaenudin dan Nurmi tidak punya BPJS kesehatan, jaminan kesehatan untuk fakir, yang dibayar pemerintah, belum terdaftar, kondisi ini semestinya  menjadi perhatian kita bersama agar Pemerintah setempat lebih bisa memberikan sosialisasi sekaligus membantu, meng-advokasi terhadap keluarga yang masuk kategori masyarakat berpenghasilan rendah (MBR),  karena bisa jadi  minimnya pengetahuan, dalam proses pengurusan kartu BPJS, atau kartu kesehatan lainnya sehingga keluarga Ahmad pasrah saja tidak memiliki kartu layanan kesehatan dari Pemerintah, kondisi keawaman yang dialami sebagian masyarakat  seharusnya menjadi kesadaran bersama  di ranah aras infrastruktur (Masyarakat) dan aras suprastuktur  (Pemerintah) berkolaborasi mengatasi stunting (gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dari anak seusianya, disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang), dan hendaknya kita menjadikan kematian bocah Ahmad karena tidak memiliki kartu layanan kesehatan sebagaimana diakui oleh Aktivis Kesehatan Bogor, Uun Desi mengatakan bahwa orang tua dari bocah tersebut yakni Jaenudin (40), dan Nurmi (31) tidak terdaftar sebagai penerima Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Penerima Bantuan Iuran (BPJS PBI) yang diperuntukkan warga miskin , pasangan suami istri itu tidak punya BPJS kesehatan, jaminan kesehatan untuk fakir yang dibayar pemerintah belum terdaftar, hingga terkendala dalam menerima layana kesehatan, pada akhirnya bocah Ahmad harus mengalami kematian karena gizi buruk  

Radar
Radar
Bogor


Nasi sudah menjadi bubur kematian bocah Ahmad yang diakibatkan karena gizi buruk hendaknya menjadi tamparan keras bagi kita semua  terlebih di saat Pemerintah sedang focus mengkampanyekan menurunkan target stunting melalui kebijakan terbaru untuk menurunkan stunting adalah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. Perpres ini merupakan pengganti Perpres Nomor 42 Tahun 2013, Perpres ini bertujuan untuk menurunkan stunting secara holistik, integratif, dan berkualitas. Perpres ini juga mengatur koordinasi, sinergi, dan sinkronisasi antara pemangku kepentingan. Beberapa upaya yang dilakukan untuk mencegah stunting di antaranya:

1.  Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) merupakan program yang memberikan makanan kepada anak-anak untuk                              memenuhi kebutuhan gizi mereka dengan tetap berbahan pangan lokal

2. Memenuhi kebutuhan protein hewani pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi, dan balita

3. Membangun dan memperbaiki fasilitas akses air bersih, sanitasi, dan fasilitas kesehatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun