Mengapa Dosa Iblis  Bersifat Permanen  di Banding Dosa Adam Â
Rasanya kurang lengkap membahas keangkuhan dan sombongan Ibis jika tidak diawali dari  asal penciptaannya yaitu api, sedangkan Adam dari tanah, karena saat selesai  menciptakan Adam, maka Allah SWT  memerintahkan Malaikat dan Iblis untuk bersujud kepada Adam  sebagai wujud hormatnya, Malaikat pun mentaati terhadap perintah Alah SWT dengan bersujud (menghormati) Adam,  lain halnya dengan Iblis menolak perintah-Nya dengan dalih bahwa dirinya yang tercipta dari api, jauh lebih mulia tinimbang Adam yang hanya tercipta dari tanah. Menurut Iblis, unsur api lebih mulia daripada tanah. Iblis berkesimpulan bahwa dirinya lebih mulia daripada Adam, jadi bagaimana mungkin  makhluk yang lebih mulia harus sujud (hormat) kepada makhluk yang lebih rendah ? seharusnya yang bersujud adalah yang lebih rendah terhadap kasta yang lebih tinggi begitulah kira-kira klaim kesombongan Iblis yang juga diabadikan  dalam Al-Qur'an: ""Allah berfirman: 'Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?' Iblis menjawab: 'Saya lebih baik daripadanya, aku diciptakan dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah'." (QS Al-A'raf: 12)
Lalu apa  sebenarnya yang membuat Iblis begitu angkuh, sombong, iblis  berpikir bahwa unsur api lebih mulia dari tanah ? sebagaimana dalam  salah satu  Mafthul Ghaib menjelaskan yang membuat Iblis ber-argumen demikian adalah api merupakan elemen bercahaya, selalu berada di atas, halus, panas, kering, dan identik dengan benda-benda langit yang juga posisinya berada di angkasa, sementara unsur tanah  adalah elemen berwarna gelap, berada di bawah, kasar, lembab, dan jauh dari benda-benda langit. Selain itu, api juga memiliki kekuatan panas yang menjadi simbol kehidupan, sementara tanah yang lembab dan basah lebih identik dengan kematian, dengan demikian jelas sekali bahwa kehidupan lebih mulia dari kematian, dengan alasan inilah Iblis berkesimpulan, jika bahan pembuatnya (api) saja lebih unggul, maka produknya (iblis) pun demikian. (Mafatihul Ghaib Darul Fikr, 1981)
Mengutip pendapat Ibnu Katsir menjelaskan, sebenarnya dari kualitas unsur pembuatnya, sudah lebih unggul Nabi Adam as daripada Iblis, dimana karakter tanah adalah lembut, lebih agung, dan tenang. Tanah juga tempat tanaman tumbuh dan berkembang, sementara api memiliki karakter membakar dan gegabah, dengan kata lain tanah memiliki karakter positif, sementara api negatif. Jelas, tanah lebih unggul. (Ibnu Katsir, Tafsrul Qur'nil 'Adzm, [ Daru Thaibah, 1999).
Dengan demikian klaim kesombongan Iblis dirinya lebih mulia karena  unsur api adalah klaim sepihak yang tidak bisa dibenarkan mengapa ?  karena pada dasarnya predikat  'kemuliaan' adalah anugerah Allah SWT tidak memandang unsur pembuatnya, ini artinya bukan berarti api sebagai unsur lebih unggul dari tanah, kemudian iblis yang tercipta darinya juga lebih mulia. Sementara Adam yang tercipta dari tanah sebaliknya, relaitanya banyak terjadi  orang beriman lahir dari rahim ibu yang tidak beriman. Atau sebaliknya, orang yang akhirnya tidak beriman lahir dari rahim ibu yang beriman, begitupun Iblis, bukan berarti karena ia tercipta dari unsur api lantas lebih mulia dari Adam yang tercipta dari unsur lebih rendah. Allah telah menganugerahkan kemuliaan kepada Adam, karena itu Iblis diperintahkan untuk bersujud sebagai bentuk penghormatan namun menolaknya dengan penuh kesombongan, akibatnya Iblis pun diusir dari surga  sebagaimana firman-Nya  'Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya; maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina." (QS Al-A'raf: 13).
Mengapa dosa Iblis tidak bisa diampuni dibanding dosa Adam ?  jika membandingkan  dosa yang dilakukan oleh Nabi Adam AS, lalu Allah SWT mengampuninya, disini terdapat  perbedaan, dan  motif yang mengakibatkan langgengnya dosa iblis dan tidak permanennya dosa Nabi Adam, perbedaan motif inilah yang membuat keduanya menerima teguran dari Allah SWT , ini  mengandung pengertian bahwa perbuatan maksiat yang timbul karena syahwat lebih mudah diampuni oleh Allah, namun sebaliknya jika maksiat berasal dari sifat sombong, angkuh  dan mengklaim diri menjadi paling benar, lebih unggul, lebih baik, bahkan paling sholeh malah lebih sulit diampuni ketika dibandingkan dengan maksiat yang dilakukan karena syahwat (Sumber inilah com, mengutip pendapat Gus Baha), menjelaskan  bahwa menjadi sebuah kewajaran ketika dosa Nabi Adam mudah diampuni, sementara  dosa iblis disebutkan sebagai dosa yang abadi dan sulit mendapatkan ampunan Allah SWT mengingat  maksiat yang dilakukan iblis adalah penuh dengan kesombongan, keangkuhan, dan takabur mengklaim diri  merasa  lebih baik dari Nabi Adam, dan karena kesombongan inilah yang membuat Iblis menolak  terhadap perintah Allah SWT , sementara itu, maksiat yang dilakukan Nabi Adam karena dorongan syahwat dengan  melanggar larangan Allah SWT  untuk menjauhi buah khuldi, namun kemudian menyesal, tidak sebagaimana  kesombongan yang dilakukan oleh iblis.
Kesimpulan
Pertama
Dari pergelaran sifat kesombongan Iblis di atas,  kita bisa mengambil sebuah  pembelajaran  penting bahwa kesombongan Iblis membuatnya langsung membangkang atas  perintah Allah SWT untuk hormat kepada Adam, sementara itu Adam dan Hawa juga berbuat dosa karena melanggar larangan Allah dengan memakan buah Khuldi, akan tetapi  Adam dan Hawa memohon ampun atas kesalahannya sementara Iblis enggan mengakui dosanya, terkait kesombongan Nabi saw bersabda: "La yadkhulu aljannata man kaana fi qalbihi mithqaal dharat min kibr" "Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi." (HR Muslim)
KeduaÂ